Kota Malang, 20 Agustus 2025 — Pendidikan tidak hanya tentang mencetak generasi cerdas secara akademis, tetapi juga membentuk pribadi yang penuh kasih, empati, dan peduli terhadap sesama. Semangat inilah yang menjadi dasar bagi Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang dalam meluncurkan gagasan baru melalui kegiatan bertajuk “Sosialisasi Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta”.
Acara yang digelar di Aula Utama Kemenag Kota Malang pada Rabu (20/8/2025) ini menjadi magnet bagi para pendidik. Sebanyak 120 peserta yang terdiri dari guru hingga kepala madrasah se-Kota Malang hadir dengan penuh antusiasme. Bagi mereka, kurikulum berbasis cinta bukan hanya sebuah konsep, melainkan jawaban atas kebutuhan pendidikan yang lebih relevan di tengah tantangan zaman.
Dalam sambutannya, Kepala Kemenag Kota Malang, Achmad Shampton, S.HI, M.Ag, menegaskan urgensi transformasi kurikulum yang menekankan aspek kemanusiaan.
“Meningkatkan kurikulum berbasis cinta di madrasah se-Kota Malang adalah hal fundamental. Pendidikan bukan hanya soal transfer ilmu, tetapi juga menanamkan empati, kasih sayang, dan nilai-nilai kemanusiaan,” ujarnya penuh semangat.
Menurut Gus Shampton, Kurikulum Berbasis Cinta dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih humanis dan holistik. Harapannya, peserta didik tidak sekadar berprestasi secara akademik, tetapi juga tumbuh sebagai generasi yang memiliki karakter kuat, berakhlak mulia, dan peduli terhadap lingkungan sosialnya.
Senada dengan hal tersebut, Abdul Mughni, M.Pd, Kasi Pendidikan Madrasah sekaligus narasumber utama, memaparkan lebih dalam tentang konsep dan praktik kurikulum ini.
“Kurikulum ini bukan sekadar teori, tetapi implementasi nyata bagaimana guru dapat menghadirkan kasih sayang dalam setiap interaksi belajar-mengajar. Guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendampingi, memahami kebutuhan emosional siswa, serta menciptakan suasana kelas yang penuh kehangatan,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa keberhasilan kurikulum ini sangat ditentukan oleh keteladanan guru. “Guru harus menjadi sosok yang mampu menghadirkan ketenangan dan inspirasi. Dengan begitu, nilai-nilai cinta dapat benar-benar hidup dalam setiap aktivitas pembelajaran,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada peningkatan mutu pendidikan, kegiatan ini juga menjadi momentum penting bagi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Malang untuk memperluas manfaat perlindungan sosial bagi para pendidik.
Perwakilan BPJS Naker, Anik, dalam sesinya menyampaikan pentingnya jaminan sosial bagi tenaga pendidik.
“Pekerjaan sebagai pendidik memiliki risiko. Oleh karena itu, perlindungan jaminan sosial sangat krusial. BPJS Ketenagakerjaan hadir untuk memberikan rasa aman bagi para guru dan staf madrasah, baik dalam bentuk jaminan kecelakaan kerja, kematian, hingga hari tua,” jelasnya.
Menurut Anik, dengan adanya perlindungan ini, guru dan tenaga kependidikan dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih tenang dan fokus. “Kalau guru terlindungi, maka kualitas pengajarannya juga akan lebih baik,” tegasnya.
Kolaborasi antara Kemenag Kota Malang dan BPJS Naker ini menjadi bukti nyata bahwa peningkatan mutu pendidikan harus berjalan beriringan dengan kesejahteraan tenaga pendidik. Guru dan kepala madrasah bukan hanya motor penggerak pendidikan, tetapi juga pilar yang menopang masa depan bangsa.
Dengan adanya sinergi ini, para guru tidak hanya mendapat bekal inovasi kurikulum, tetapi juga jaminan kesejahteraan. Hal tersebut diharapkan dapat menghadirkan lingkungan belajar yang lebih sehat, aman, dan penuh makna.
Banyak peserta yang menyambut baik gagasan Kurikulum Berbasis Cinta ini. Nur Aini, salah satu guru madrasah dari Kecamatan Sukun, mengaku mendapatkan inspirasi baru.
“Selama ini kami sering fokus pada capaian akademik. Tapi melalui kegiatan ini, saya sadar bahwa kasih sayang dan empati adalah inti pendidikan. Anak-anak butuh kehangatan dari guru mereka,” ungkapnya.
Sementara itu, H. Zainuddin, kepala salah satu madrasah di Lowokwaru, menilai keterlibatan BPJS Naker dalam acara ini sangat tepat. “Kesejahteraan guru sama pentingnya dengan inovasi kurikulum. Kalau guru sejahtera, mereka bisa mendidik dengan sepenuh hati,” katanya.
Melalui kegiatan ini, Kemenag Kota Malang berharap madrasah dapat menjadi ruang tumbuh yang sehat, aman, dan penuh cinta. Kurikulum Berbasis Cinta bukan hanya strategi akademis, tetapi juga gerakan moral untuk membangun peradaban bangsa.
“Kalau anak-anak kita tumbuh dengan cinta, mereka akan menjadi generasi yang kuat, berkarakter, dan penuh kasih sayang. Itulah masa depan yang ingin kita ciptakan bersama,” pungkas Gus Shampton.
Dengan langkah ini, Kemenag Kota Malang menegaskan komitmennya: pendidikan bukan sekadar soal angka dan nilai, tetapi tentang mencetak manusia seutuhnya cerdas, berkarakter, dan peduli.
(HUMAS Kemenag Kota Malang)