Jepara : Inspirasi Kebangkitan Seni dan Teknologi Artileri

Beberapa hari yang lalu, masjid al Muttaqien Kantor Kemenag Kota Malang nganyari mimbar khutbah baru. Mimbar ini dari kayu jati ukiran Jepara, melengkapi mihrob bernuansa gebyog jawa yang sudah terpasang beberapa bulan sebelumnya. Salah satu ciri khas dalam ukiran kayu Jepara ialah corak dan motifnya. Motif ukiran kayu Jepara berupa daun trubusan yang terdiri dari dua macam, yaitu dilihat dari yang keluar dari tangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya.

Ukiran kayu asli Jepara juga terlihat dari motif jumbai atau ujung relung di mana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka dan ujung daun meruncing. Ada juga buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Selain itu, tangkai relungnya memutar dengan gaya memanjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah. Ciri khas tersebut sudah cukup mewakili identitas ukiran kayu Jepara. Adapun motif ukiran pada mimbar dan mihrob ini didominasi motif sulur daun lunglungan dan bunga ceplokan. Dan sebagai titik vokalnya adalah ukiran kaligrafi Lafdzul Jalalah dan surat Al-Mukminun ayat pertama di tengah mihrob.

Jepara memang sudah sejak lama popular sebagai pusat produksi benda-benda seni terutama ukiran kayunya yang sangat indah. Pengakuan akan keunggulannya, tidak hanya diakui secara nasional, bahkan internasional. Salah satu buktinya adalah ketika terjadi insiden pembakaran mimbar masjidil Aqso oleh seorang ekstrimis Yahudi tahun 1969. Ini adalah mimbar bersejarah warisan Nurudin Zanki. Karena parahnya kerusakan, maka raja Yordania berinisiatif untuk merestorasinya kembali agar bisa dibuat mimbar seperti aslinya. Maka dibentuklah tim untuk merestorasi mimbar tersebut berjumlah 30 orang. 5 orang diantaranya adalah kru pengrajin ukiran dari Jepara.

Namun ada satu keunggulan lain di masa lalu yang mungkin kita lewatkan. Bahwa pada masa kejayaan kesultanan Demak, Jepara adalah pusat produksi meriam di tlatah Nusantara. Ini menunjukkan bahwa peguasaan teknologi metalurgi sudah banyak dimiliki oleh para pengrajin meriam asal Jepara. Pada masa lalu, meriam adalah senjata paling canggih di masanya. Siapa yang memiliki kemampuan teknologi pembuatan meriam yang paling maju, maka dialah yang paling berpeluang menjadi penguasa di wilayahnya. Sebagaimana Turki dulu ketika menaklukkan Konstantinopel, keunggulannya salah satunya didukung oleh kemampuan artileri meriamnya yang sangat dahsyat sehingga bisa menjebol pertahanan dinding konstantinopel yang berlapis-lapis.

Kemampuan produksi meriam Jepara diwarisi dari teknologi Cetbang atau meriam kecil di zaman Majapahit. Kemampuan ini kemudian diperkaya oleh para ahli meriam yang didatangkan dari Turki sebagai bentuk aliansi kerajaan Islam di Nusantara diantaranya adalah Demak dan Aceh dengan Kesultanan Turki Usmani dalam rangka untuk membendung pengaruh Portugis yang mulai merambah Nusantara dengan menguasai Malaka dan Maluku.

Itulah beberapa keunggulan Jepara di masa lalu. Namun saat ini yang masih terwariskan keunggulannya adalah seni ukirnya saja. Adapun teknologi persenjataannya yang tersisa mungkin tinggal replika meriamnya saja. Namun kita tidak perlu berkecil hati. Setidaknya ini bisa menjadi inspirasi untuk anak-anak kita di masa datang untuk menjayakan kembali NKRI.

Febrian Taufiq Sholeh

Penulis yang bernama Febrian Taufiq Sholeh ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Kasi PAIS dan Ketua Tim Area Pengawasan.