Optimalisasi Layanan Keluarga Sakinah: Kuatkan Guru, Kokohkan Rumah Tangga

Malang, 1 Agustus 2025 — Kesibukan di dunia pendidikan tak membuat Kantor Kementerian Agama Kota Malang mengabaikan satu hal yang sangat mendasar: ketahanan keluarga para tenaga pendidik. Melalui Seksi Bimas Islam, Kemenag Kota Malang melaksanakan kegiatan bertajuk “Optimalisasi Layanan Keluarga Sakinah”, yang diselenggarakan di Aula MAN 1 Kota Malang dan diikuti oleh seluruh guru serta tenaga kependidikan.

Kegiatan ini menjadi momentum penting, tak hanya dalam rangka penguatan kapasitas keluarga, tetapi juga sebagai refleksi kolektif atas dinamika yang terjadi di kalangan ASN, khususnya para guru. Dalam sambutannya, Ahmad Hadiri, S.Ag., M.Ag., selaku Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Malang, menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya angka perceraian, bahkan di kalangan guru dan ASN di beberapa wilayah jawa timur.

“Maraknya gugat cerai bukan sekadar isu pribadi. Ini bisa menjadi bom waktu yang suatu saat bisa meledak, kapan dan di mana saja. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menjadi ruang renungan, agar para guru kembali menemukan harmoni dalam rumah tangga,” ujarnya.

Ahmad Hadiri juga mengapresiasi Dr. Sutirjo, Kepala MAN 1 Kota Malang dan Ghufron, M.Pd selaku kepala KUA Kec. Lowokwaru, atas inisiasinya yang luar biasa dalam memfasilitasi kegiatan pembinaan ini

Bimbingan Keluarga: Bukan Sekadar Teori, Tapi Pembekalan Nyata

Sesi pertama diisi oleh Ana Mufidah, S.Ag., M.Ag, Penyuluh Agama Islam KUA Lowokwaru. Dalam paparannya, Ana menekankan pentingnya membangun keluarga yang tidak hanya bahagia secara lahir, namun juga batin. Ia mengajak peserta untuk kembali memahami makna pernikahan sebagai mitsaqan ghalidlan—ikatan suci yang dibangun atas dasar keadilan, keseimbangan, dan saling ridha.

Melalui pendekatan hangat dan komunikatif, peserta diajak menyelami pilar-pilar keluarga sakinah yang meliputi nilai-nilai spiritual, intelektual, fisik, dan sosial. Nilai-nilai tersebut tidak hanya menciptakan ketenangan jiwa, tetapi juga membentuk keluarga yang mawadah (penuh cinta kasih) dan rahmah (kasih sayang yang tulus dan bermakna).

“Keluarga sakinah bukan hanya tentang hidup bersama, tapi juga tumbuh bersama. Dalam rumah tangga yang demikian, anggota keluarga akan merasa dilindungi, dihargai, dan diberdayakan,” ujar Ana.

Ana juga mengingatkan bahwa keluarga yang harmonis akan mencetak individu yang damai dan produktif, sehingga berdampak positif bagi masyarakat dan bangsa secara luas.

Relasi Harmonis: Memahami Diri Sebelum Memahami Pasangan

Sesi kedua dilanjutkan oleh Ernawati, S.Ag., Penyuluh Agama Islam dari Kemenag Kota Malang, yang mengangkat materi “Relasi Harmonis”. Ia memulai dengan pertanyaan reflektif: bagaimana mungkin bisa memahami pasangan jika belum benar-benar mengenali diri sendiri?

Dalam pemaparannya, Ernawati menekankan bahwa pernikahan adalah penyatuan dua jiwa, dua karakter, dan dua visi hidup. Maka, relasi harmonis hanya bisa dibangun jika kedua belah pihak mampu berkomunikasi secara sehat, memiliki empati, dan bersedia berdiskusi untuk mencapai titik temu.

“Mawaddah dan rahmah bukan datang dari langit begitu saja. Itu harus dipupuk setiap hari, dengan kesadaran dan niat yang kuat dari keduanya,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan lima prinsip pondasi rumah tangga sakinah: zawaj (pasangan), mitsaqan ghalidlan (ikatan yang kokoh), mu’asyaroh bil ma’ruf (bergaul secara bermartabat), taradlin (saling ridha), dan musyawarah (berembuk dalam menghadapi persoalan).

Tak ketinggalan, Ernawati juga membahas tentang “racun komunikasi” dalam rumah tangga, seperti sikap sinis, menyalahkan, membela diri berlebihan, hingga sikap acuh tak peduli. Ia mengajak peserta untuk mengganti “racun” tersebut dengan membuka hati dan pikiran, serta membangun empati di antara pasangan.

Penutup: Mengokohkan Madrasah Lewat Keluarga

Kegiatan ini bukan sekadar rangkaian ceramah atau materi teoritis. Suasana hangat, interaktif, dan reflektif menjadikan kegiatan ini terasa membumi dan membekas di hati peserta. Banyak guru yang menyampaikan bahwa pembinaan seperti ini sangat relevan dan perlu dilaksanakan secara rutin, sebagai bentuk perhatian terhadap kesejahteraan emosional para pendidik.

Keluarga yang kuat adalah fondasi dari madrasah yang kuat. Ketika para guru pulang ke rumah dengan hati yang damai dan relasi keluarga yang harmonis, maka semangat itu akan terbawa hingga ke ruang kelas. Mereka tak hanya menjadi pendidik, tapi juga teladan sejati.

Melalui kegiatan “Optimalisasi Layanan Keluarga Sakinah” ini, Kemenag Kota Malang menunjukkan komitmennya bahwa pendidikan karakter tak hanya dimulai dari kurikulum, tetapi dari rumah, dari keluarga, dan dari hati para pendidik itu sendiri.

(HUMAS Kemenag Kota Malang)

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.