Napak Tilas Pengorbanan Nabi Ibrahim AS. dan Hikmanya

IDUL ADHA disebut juga Hari Raya Haji, dimana kaum muslimin sedang melaksanakan haji yang utama yaitu wukuf di Arofah, mereka semua memakai pakaian serba putih, dan tidak berjahit yang disebut pakaian Ihram. Melambangkan persamaan aqidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat, sama-sama mendekatkan diri kepada Allah SWT yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca Kalimat Talbiyah: “Labbaika llahumma Labbaik…….

IDUL ADHA disebut juga IEDUL QURBAN, hari raya yang menekankan pada arti Berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Masalah Pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperinahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya yang masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun, Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, disebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri Palestina. Tapi keduanya menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Ternyata Seperti yang telah diceritakan oleh IBNU ABBAS bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus Malaikat Jibril membuat mata air Zam-Zam. Siti Hajar dan nabi Ismail akhirnya memperoleh sumber kehidupan.

Lembah yang dulunya gersang itu sekarang sumber mata airnya melimpah ruah hingga seluruh pelosok penjuru dunia membeli air tersebut untuk kemakmuran kota Mekkah. Dan sampai saat ini air Zam-Zam itu tak pernah kering sekalipun dikonsumsi setiap hari oleh jutaan ummat manusia.

IEDUL ADHA Disebut juga dengan IDUL NAHR artinya Hari menyembelih Hewan Ternak. Sejarahnya bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Pertanyaannya adalah mengapa Nabi Ibrahim diuji oleh Allah begitu berat?

Dijelaskan dalam Kitab “Misykatul Anwar” bahwa setelah Ibrahim mendapat sebutan “Kholilullah” kekasih Allah. Para malaikat protes kepada Allah SWT. “Mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihMu, padahal ia disibukkan dengan urusan harta dan keluarganya?

Allah menjawab: Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tapi tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”.

Sebelumnya Nabi Ibrahim ini orang yang kaya raya di negerinya. Ia memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu dan 100 ekor Onta, sebuah kekayaan yang menurut orang dizamannya tergolong milliuner.

Suatu hari Malaikat mengujinya dengan menyerupai seseorang dan bertanya: “milik siapa ternak sebanyak ini wahai Ibrahim? Ia menjawab: “kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan Cuma ternak, bila Allah minta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga”.

IBNU KATSIR Dalam Tafsirnya menjelaskanbahwa atas dasar ucapan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bentuk ujian yaitu Allah memerintahkan menyembelih anak kesayangannya ISMAIL yang saat itu masih berusia 7 tahun.

Dijelaskan dalam Q.S. As-Shoffat ayat 102:

Artinya: Ibrahim Berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi, dan dalam mimpiku aku diperintah Allah untuk menyembelihmu, maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan penyembelihan, iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Namun Mereka bertiga tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis agar membatalkan niatnya. Mereka kemudian melempari iblis hingga tunggang langgang. Peristiwa ini dijadikan rangkaian ibadah haji yakni melempar jumroh yang dilaksanakan di Mina.

Dialog Nabi Ibrahim dan putranya pada Peristiwa Penyembelihan.

Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya: “ayah, kuharap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak bisa bergerak leluasa, yang nantinya menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah ayah, supaya tidak bisa melihatnya, sebab kalau ayah melihatnya nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat, sekaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada Ibu untuk kenang-kenangan, serta sampaikan salamku kepdanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT. Jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku, jangan izinkan anak-anak sebayaku datang ke rumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”

Nabi Ibrahim menjawab: “Baiklah anakku, Allah SWT akan menolongmu.

Setelah Ismail putra tercinta ditelantangkan di atas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohimpun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, tegorespun tidak, pada saat itu, Allah SWT membuka dinding yang menghalangi pandangan Malaikat di langit dan di bumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT. Takjub menyaksikan keduanya, lalu Allah berkata kepada malaikat: “Lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, hal itu emata-mata untuk memperoleh keridhoanku”.

Dalam pada itu Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk mengambil seekor Kibasy dari Surga sebagai gantinya. Dan Allah SWT berseru dengan firman-Nya menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridhoi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan atas keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban.

Menyaksikan tragedy penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu. Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya , setelah kembai dari surga dengan membawa seekor Kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Nabi Ibrahim menyambutnya “Laa Ilaaha Illa llah Allahu Akbar”yang kemudian disambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar walillahil hamdu”.

HIKMAH YANG BISA DIAMBIL

  1. Dalam Idul adha ini kita meneladani pengalaman keluarga Ibrahim yang penuh dengan cobaan, pengorbanan, ketabahan dan keikhlasan. Ibrahim amat merindukan hadirnya anak sebagi keturunanya. Dan setelah anak itu diberikan oleh Allah, diujilah Ibrahim, akankah kecintaanya kepada Alloh terkalahkan oleh cintanya kepada anak yang lama ia nantikan itu?. Ternyata tidak. Ibrahim lulus dari ujian Allah yang berat. Mudah-mudahan kita mampu meneladani keluarga Ibrahim. Sebagai orang tua menjadi orang tua yang baik. Yang senantiasa mendidik keimanan kepada anak anak kita, sehingga menjadi anak yang beraqidah Islam dengan kokoh. Tidak akan kita biarkan anak – anak kita tercemari oleh ajaran-ajaran yang menjauhkan kita dari hidayah Allah. Kita akan didik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh, anak yang pintar dan berbudi pekerti luhur serta menjadi generasi penerus yang mampu membawa kemajuan ummat dan bangsa kita tercinta. Sebagai bagian dari ikhtiar dan ibadah kita kepada Allah SWT.
  1. Dalam napak tilas pengorbanan Nabi Ibrahim beserta keluarganya terdapat makna yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa ibadah haji. Ada peristiwa Sa’I saat Siti Hajar berlari-lari mencari air dari bukit shofa ke bukit Marwah. Yang menandakan bahwa hidup itu penuh perjuangan dan ikhtiar melalui proses yang tidak mudah untuk dilalui. Dengan ikhtiarnya tersebut terwujudlah sumber mata air yang menakjubkan,Air Zam-Zam sebagai lambing kemakmuran Kota Mekkah yang dulunya berupa lembah yang gersang kerontang.
  1. Pentingnya Kebersamaan dan persamaan benar-benar terjadi dalam meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim beserta keluarganya yang bersatu padu, kokoh dalam akidah, satu visi taat secara total, pasrah atas ujian dilalui bersama-sama. Begitu juga dengan isyarat-isyarat pengorbanannya dapat dilihat dalam peristiwa ibadah haji.
  1. Peristiwa Haji yang menjadi syariat para jamaah haji saat ini, bisa dilihat saat kebersamaan di padang Arafah, lihatlah mereka juga sama dalam berpakaian, berangkat ke Muzdalifah, ke Mina untuk melempar jumrah, ke Makkah untuk thawaf, sa'i, hingga tahallul. Semua jama'ah haji, bagi yang laki-laki, mengenakan dua lembar kain ikhram. Bukan saja sama warnanya, yaitu putih, tetapi cara menggunakannya juga sama. Tidak ada yang berlain-lainan.

Belajar dari rangkaian ibadah itu, maka sebenarnya, orang yang berhaji sedang diberi pelajaran penting dalam bermasyarakat ialah tentang persatuan umat Islam. Persatuan itu tidak mengenal asal negara, bangsa, suku, etnis, golongan, organisasi, atau bahkan madzhab. Pengikut madzhab yang berbeda-beda pada saat menjalankan ibadah haji, mereka melakukan kegiatan ritual yang sama, simbol-simbol atau lambang yang sama, dan bahkan doa-doa yang dibaca pun juga sama.

Umat Islam benar-benar menjadi bersatu dan bersama-sama dalam menjalankan rukun Islam yang ke lima itu. Maka sepatutnya, pelajaran dari pelaksanaan haji itu ditangkap sepenuhnya, pasti tidak ada alasan umat Islam bercerai berai hanya atas dasar alasan berbeda bangsa, suku, golongan, partai, ataupun juga madzhab yang diikuti. Padang Arafah merupakan awal munculnya ummat manusia di muka bumi ini, dan sekaligus sebagai awal persatuan ummat manusia seluruh dunia.

Demikian khutbah Idul Adha, semoga bermanfat!

OLEH: SUKIRMAN, S.Ag., M.Pd

Disampaikan di Masjid Al-Muttaqiin- Kantor Kemenag Kota Malang

Kamis, 29 Juni 2023

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.