Keberagaman: Anugerah yang Kerap Disalahpahami, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab

Kota Malang, 2 Juli 2025 — Suasana hangat dan penuh makna menyelimuti malam sarasehan yang dihelat di Convention Hall Bukit Zaitun YPPII Kota Batu, Selasa (1/7). Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Romo Syafi’i, hadir langsung menyapa masyarakat dalam dialog kebangsaan bertema moderasi beragama. Dalam momen yang khidmat namun sarat keakraban tersebut, Romo Syafi’i mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga keberagaman sebagai fondasi kuat dalam membangun bangsa yang damai dan bersatu.

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB itu dihadiri berbagai tokoh penting. Tampak hadir Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Batu beserta jajaran, Kasi Bimas Islam Kemenag Kota Malang Ahmad Hadiri, S.Ag, M.Ag tokoh lintas agama dari Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) Kota Batu, serta para alumni Sekolah Pendeta YPPII. Kehadiran mereka menambah bobot acara, sekaligus menegaskan semangat kebersamaan dan kolaborasi lintas keyakinan.

Kepala Kantor Kemenag Kota Batu berperan sebagai moderator dalam dialog bersama Romo Syafi’i. Dalam paparannya, Romo menyampaikan pesan yang menyejukkan hati dan menyalakan semangat toleransi di tengah masyarakat. “Keberagaman bukanlah hambatan, tetapi anugerah. Kita hidup di negeri yang kaya budaya dan keyakinan. Tugas kita adalah merawat keberagaman itu dengan bijak, melalui pemahaman dan penghargaan satu sama lain,” ungkapnya.

Romo Syafi’i menekankan bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga tentang keterbukaan dalam mendengar dan memahami sudut pandang orang lain. “Kita semua bisa menjadi agen perdamaian. Dari keluarga, sekolah, tempat ibadah, hingga ruang publik semua bisa menjadi tempat untuk menebar nilai-nilai harmoni,” tambahnya.

Sambutan Wamenag ini disambut antusias para peserta sarasehan. Banyak yang terlihat mencatat poin-poin penting, bahkan beberapa kali suasana hening dipenuhi dengan anggukan setuju. Peserta yang terdiri dari tokoh agama, pejabat pemerintah, akademisi, hingga pemuda lintas iman, meresapi makna dari setiap kalimat yang disampaikan.

Dalam sesi berikutnya, Staf Ahli Menteri Agama turut menegaskan pentingnya peran pendidikan dan dialog terbuka dalam merawat keharmonisan antarumat beragama. Ia menyampaikan bahwa tantangan kehidupan beragama saat ini semakin kompleks, dan solusi jangka panjangnya adalah menanamkan semangat saling menghargai sejak dini. “Toleransi itu investasi. Mungkin hasilnya tak langsung terlihat, tetapi generasi mendatang akan merasakannya,” katanya penuh keyakinan.

Sarasehan yang berlangsung hingga malam itu bukan sekadar diskusi biasa. Ia menjadi ruang penyatu aspirasi, pandangan, dan harapan lintas kalangan terhadap masa depan Indonesia yang damai. Di tengah dinamika kehidupan sosial dan tantangan keberagaman yang terus berkembang, pertemuan ini menjadi oase yang menyegarkan mengingatkan kembali bahwa nilai-nilai luhur seperti kasih, pengertian, dan gotong royong masih menjadi fondasi kuat bangsa ini.

Sebagai penutup, seluruh peserta sepakat bahwa dialog seperti ini perlu terus digalakkan. Harapannya, semangat toleransi tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar mewujud dalam tindakan nyata sehari-hari. Pesan Romo Syafi’i malam itu menjadi lentera yang menerangi langkah-langkah kecil menuju Indonesia yang rukun dan beradab: “Bersatu dalam perbedaan bukan hal yang mustahil, jika kita mau saling membuka hati.”

Acara ditutup dengan doa bersama lintas agama dan ramah tamah penuh keakraban. Kota Batu malam itu bukan hanya menjadi saksi sebuah acara, tetapi juga rumah bagi harapan tentang Indonesia yang damai, beragam, dan penuh cinta.

(HUMAS Kemenag Kota Malang)

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.