MALANG – Di tengah kesibukan Kota Malang, sebuah inisiatif mulia tengah berjalan di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP), sebuah sekolah asrama gratis yang berlokasi di Poltekom Kota Malang. Program ini dirancang khusus untuk 100 siswa dari keluarga miskin ekstrem di kota ini. Namun, di balik semangat dan harapan yang menggebu-gebu, SRMP menghadapi sejumlah tantangan. Dalam kunjungan perwakilan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang pada Rabu, 23 Juli 2025, Kepala Sekolah SRMP Rida Afrilyasanti secara terbuka menyampaikan kebutuhan mendesak yang membutuhkan uluran tangan berbagai pihak, terutama terkait pendidikan spiritual dan pembinaan karakter.
Kunjungan yang berlangsung mulai pukul 10.00 WIB itu dihadiri oleh Febrian Taufiq Sholeh, Kasi PAIS Kemenag Kota Malang, dan Dedy Novianto, Pengawas PAI Kemenag Kota Malang, serta Arif, Komandan Koramil Kecamatan Kedungkandang. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Rida, yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berbagi kondisi nyata di lapangan. Ia menjelaskan bahwa SRMP merupakan program pendidikan yang menargetkan anak-anak dari desil 1 dan 2 (10-20% termiskin) berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), sebuah kriteria ketat untuk memastikan bantuan tepat sasaran.
Meskipun SRMP berhasil menjaring 100 siswa baru yang penuh potensi, Rida mengungkapkan berbagai keterbatasan yang menjadi pekerjaan rumah besar. Secara spesifik, ia menyoroti kebutuhan mendesak terkait pembinaan spiritual siswa. "Kami belum punya pembina asrama di malam hari. Yang paling penting, kami juga belum ada guru ngaji, peralatan dan media untuk mengaji, dan bahkan imam sholat subuh berjamaah," tutur Rida dengan nada penuh harapan. Ungkapan ini menjadi inti dari panggilan Rida, yang menyadari bahwa pembinaan spiritual dan akhlak sama pentingnya dengan pendidikan formal.
Selain itu, Rida juga menyebutkan kendala lain yang tak kalah penting. "Semua guru di sini adalah guru PPPK baru yang direkrut oleh Kemensos. Kami juga belum punya ruang khusus untuk guru, sehingga tamu seperti Bapak-bapak ini terpaksa kami terima di ruang makan bersama," imbuhnya. Keterbatasan fasilitas ini menunjukkan bahwa meskipun program ini telah berjalan, dukungan dari berbagai pihak masih sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal.
Harapan Rida akan sinergi langsung disambut positif oleh Kemenag Kota Malang. Febrian Taufiq Sholeh, Kasi PAIS, menegaskan komitmennya. "Kemenag Kota Malang siap bersinergi agar Sekolah Rakyat ini, yang merupakan program Presiden, bisa berjalan dengan baik," ucap Taufiq. Sebagai langkah nyata, ia meminta Rida untuk segera bersurat kepada Kemenag agar program-program yang menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kemenag dapat segera dilaksanakan. Pernyataan ini menjadi jawaban konkret atas harapan Rida, membuka pintu lebar bagi kolaborasi yang berpotensi memenuhi kebutuhan spiritual para siswa secara menyeluruh.
Di sisi lain, Pengawas PAI Dedy Novianto memberikan motivasi yang sangat menyentuh. Ia memuji dedikasi Rida dengan menyebutnya, "Jenengan sebagai Bu Nyai-nya anak-anak ini, yang insyaallah pahalanya besar sekali karena membimbing mereka menjadi lebih baik." Pujian ini bukan sekadar kata-kata, melainkan pengakuan atas peran mulia yang diemban Rida dan timnya dalam membentuk masa depan anak-anak yang paling membutuhkan.
Sinergi yang diharapkan Rida juga sudah mulai terlihat dari kerja sama dengan instansi lain. Kehadiran Komandan Koramil Kecamatan Kedungkandang, Arif, menjadi bukti bahwa SRMP telah mulai merangkul berbagai pihak. Pada hari itu, Arif memberikan pelajaran kebangsaan dan baris-berbaris kepada para siswa. Arif menjelaskan, "Membina anak-anak SRMP butuh pendekatan khusus karena mereka berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda." Penjelasan ini memperkuat pandangan Rida bahwa pendekatan holistik dan dukungan dari berbagai pihak sangat penting untuk keberhasilan SRMP.
Harapan Rida Afrilyasanti tidak hanya sekadar terucap, melainkan sebuah seruan yang tulus dan mendesak. Ia menyadari bahwa untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berkarakter dan berakhlak mulia, SRMP tidak bisa berjalan sendirian. Kolaborasi dengan Kemenag untuk memenuhi kebutuhan spiritual, dengan Koramil untuk pembinaan kebangsaan, dan dengan instansi lain untuk dukungan fasilitas, adalah kunci utama. Kunjungan ini bukan hanya sekadar pertemuan, tetapi sebuah titik awal yang penting dalam mewujudkan mimpi besar SRMP: memberikan harapan nyata bagi anak-anak kurang mampu untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Dengan adanya surat resmi dari SRMP, Kemenag Kota Malang diharapkan akan segera mengambil langkah-langkah konkret. Mulai dari penugasan guru ngaji, penyediaan media pembelajaran Al-Qur'an, hingga penunjukan imam sholat berjamaah, semua ini akan menjadi pondasi kuat bagi pendidikan spiritual 100 siswa SRMP. Keberhasilan program ini akan menjadi bukti nyata bahwa dengan kolaborasi dan kepedulian, kita bisa membangun masa depan yang lebih adil dan berkeadaban. (Humas)