Catatan Perjalanan Haji Achmad Shampton Masduqi.
Madinah adalah tempat yang menyimpan banyak monument sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam dakwah Islam. Mengetahui saya suka mencari-cari tempat bersejarah, pak Safiq yang biasa mengantar kami ke mana-mana membantu saya mencari tahu tempat-tempat bersejarah ini. Kamis, 11 Juli 2024, Pak Safiq megabarkan ada gua yang disebut gua atau Ghar sajadah tempat Rasulullah bersujud saat perang Khandaq. Saya mencoba membuka google map, ternyata tempat ini dikenali, akhirnya bakda dzuhur kami survey lokasi untuk Jumat paginya kami mendakinya bakda subuh.
Ghar Sajadah yang terletak di Gunung Silaa sekitar 800 meter arah barat laut Masjid Nabawi. Usai shalat subuh kami bertemu dengan Kang Abdul Aziz teman dari Solo saat di Pesantren Lirboyo Kediri. Setelah kami ceritakan tujuan kepergian kami, Kang Abdul Aziz tertarik untuk ikut serta mendaki di gunung silaa mencari gua sajadah. Awalnya saya sempat ragu untuk mendaki tempat ini karena diberi pagar besi dan tertulis area militer dilarang masuk. Hanya saja ada bagian pagar besi ini yang Nampak memang sengaja dirusak atau dibuka paksa. Pak Safiq meyakinkan kami untuk naik dan in sha Allah tidak ada masalah.
Penelitian tempat-tempat bersejarah di Madinah ini, pada era Umar Ibn Abdul Aziz menjadi Gubernur Madinah, ia mengabadikan tempat-tempat bersejarah ini dengan mendirikan masjid dan kubah didalamnya agar umat tahu jejak-jejak Rasulullah. Namun kemudia tempat ini sempat dihancurkan karena alasan politeisme. Untungnya Ghar Sajadah ini termasuk peninggalan yang tersisa dan tidak dihancurkan.
Ghar Sajadah atau "Gua Bani Haram karena ada diarea distrik Bani Haram menjadi saksi Sejarah nyaksikan sejumlah besar peristiwa dalam sejarah Islam. Mungkin kita sering mendengar tentang perang khandaq atau perang parit yang menjadi inisiasi Salman Al-Farisi. Tapi kita tidak banyak mencari tahu dimana posisi Rasulullah saat itu. Menurut penelitian ulama pemerhati Sejarah Nabi, menyatakan bahwa pada malam-malam perang parit atau perang khandaq ini, Rasulullah biasa tidur di gua ini. Ditempat ini pula Rasulullah berdoa dalam sujudnya hingga Muadz Ibn Jabal yang awalnya mencari Rasulullah menemukan Rasul sedang bersujud lama hingga ia mengira Rasulullah meninggal dunia. Catatan Sejarah pencarian Muadz inilah yang membuat gua ini menjadi terkenal.
Muadz baru menyadari bahwa Rasuullah tidak meninggal dunia sampai Rasulullah mengangkat dahinya. Muadz berkata: "Wahai Rasulullah, saya pikir Anda telah wafat” dan Rasul kemudian menjelaskan: Wahai Muadz, Jibril datang kepadaku, dan berkata bahwa Allah bertanya kepadaku “Apa yang ingin saya lakukan terhadap umatku?" Rasulullah kemudian menjawab; “Allah mengetahuinya” Jibril kemudian menyatakan bahwa Allah tidak akan menyakiti ummatnya. Melihat kisah Rasul di Ghar Sajadah ini, patutlah kita katakan bahwa Ghar Sajadah ini adalah saksi sejarah cinta kasih Rasulullah terhadap umatnya.
Menurut banyak catatan, pada Ghar Sajadah ini Rasul Muhammad saw melubangi gua ini hingga kemudian muncul air menyembur darinya. Menurut riwayat Ibn Sahl air mengalir di dalam gua itu dan aliran air masih terlihat di depannya. Sayangnya saat saya naik ke Gua ini, saya tidak tahu persis posisi gua yang dilubangi dan memancarkan air ketika itu. Beda dengan di Sumur Ghars yang ada penunggunya dan bisa ditanyai apa dan bagaimana yang terjadi di Ghars, di Gua atau Ghar Sajadah atau Ghar Bani Haram ini kami tidak bisa menemukan siapapun yang bisa ditanya tentang Sejarah rinci yang dilakukan Rasulullah.
Saat diatas gunung Sila ini kami bertemu dengan tiga orang dari Afganistan, yang sayangnya tidak bisa berbahasa arabb, dengan Bahasa isyarat mereka menjelaskan bagaimana Rasulullah istirahat di gua kecil itu. Gunung Sila yang menopang Ghar Sajadah ini menjadi saksi bisu 10 000 pasukan Azhab yang menjadi gabungan orang Quraisy dan Yahudi Bani Nadzir berkumpul dibawah kakinya. Sementara sebagian besar, pasukan kaum muslimin mendirikan tenda tidak jauh dari Uhud dan berada di seberang parit dalam kawasan Madinah.
Saat kami menuruni Gunung Sila, usai membaca burdah di Ghar Sajadah, kami bertiga tetap saja dalam kebingungan, bagaimana parit itu digali, sementara ia ada diantara gunung batu. Bukan sejenis gunung-gunung tanah yang mudah digali seperti di Indonesia. SubhanaLlah, kami merasakan beratnya perjuangan Rasulullah mempertahankan Madinah yang ia cintai. Wallahu a’lam.