Kota Malang, 13 Juni 2025 — Hari Jumat itu terasa berbeda di lingkungan SMA Islam Sabilillah Malang. Bukan karena suasana yang lebih khusyuk, tetapi karena hadirnya rombongan dari Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur yang datang membawa misi penting: meninjau langsung implementasi Program Pendidikan Agama Islam Berkarakter (PAIS Berkarakter), sekaligus menyerahkan SK resmi penetapan SMAIS sebagai sekolah piloting atau percontohan program unggulan tersebut.
Adalah Abd. Wafi, mewakili Kepala Bidang PAIS Kanwil Kemenag Jatim, yang hadir bersama Dedi Novianto, Pengawas PAI jenjang SMA/SMK, langsung turun ke lapangan untuk melihat dari dekat bagaimana pendidikan karakter berbasis agama di sekolah ini bukan hanya slogan, melainkan budaya yang hidup.
Mereka tak hanya duduk di ruang rapat. Kelas-kelas dikunjungi, ruang makan diamati, mahad (asrama) dijelajahi, hingga suasana ibadah diamati secara langsung. Hasilnya? “Ini bukan sekolah biasa. Ini sekolah yang sudah menjadikan nilai-nilai Islam sebagai napas harian,” kata Abd. Wafi usai kunjungan.
Monitoring yang Menggugah
Dalam kunjungan tersebut, Wafi dan Dedi mendapati bahwa PAIS Berkarakter bukan hanya ada di kertas panduan, tapi hidup di antara siswa dan guru. Siswa terlihat ramah, disiplin, terbiasa berdoa dan berdzikir, serta aktif terlibat dalam pembiasaan ibadah harian.
Salah satu program unggulan, EveryDay with Al-Qur’an, telah dijalankan secara sistematis. Siswa tak hanya belajar membaca, tapi juga mentadabburi dan menghafal Al-Qur’an. Bahkan program ini didukung kolaborasi dengan pesantren-pesantren mitra seperti Pesantren Ilmu Quran Singosari dan Pesantren Yahtadi Lumajang. Pekan Tashih Quran yang digelar 10-18 Mei 2025 lalu menjadi bukti nyata komitmen ini.
Ada juga program Penanaman Aqidah Pagi, Salat Duha berjamaah, dan Ramadhan Penuh Cinta — kegiatan yang menanamkan akhlak mulia, rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepedulian sosial.
“Anak-anak di sini bukan hanya belajar agama, tapi menghidupkan agama dalam perilaku mereka,” ujar Dedi Novianto, penuh kagum.
Guru Jadi Motor Penggerak
Suksesnya implementasi PAIS Berkarakter di SMAIS tak lepas dari peran para guru. Di bawah koordinasi Ghulam Nurul Wildan, guru PAI yang juga penanggung jawab program, para guru telah berhasil menyinergikan pembelajaran agama dengan visi besar sekolah: mencetak pemimpin peradaban dunia yang Islami, berkebangsaan, dan cendekia.
Setiap guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendampingi salat Duhur berjamaah, memonitor karakter siswa melalui platform daring sekolah (https://sipsisma.sekolahsabilillah.sch.id/), dan menjadi teladan dalam keseharian. Integrasi nilai-nilai Islam dalam Kurikulum Merdeka juga menjadi fokus, termasuk dimensi beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia pada profil pelajar Pancasila.
“Yang kami lakukan adalah menjadikan setiap interaksi dengan siswa sebagai momen pendidikan karakter,” ungkap Ghulam.
Keluarga dan Siswa Ikut Bergerak
Program ini juga menggandeng wali murid melalui kegiatan Parenting Islami Bina Qolbu dan SISMA Berdzikir dan Berdoa. Dalam kegiatan ini, orang tua diajak memahami pentingnya sinergi rumah dan sekolah dalam membentuk kepribadian anak yang berakhlak mulia dan berprestasi.
Para siswa pun terlibat aktif. Mereka bukan hanya peserta, tapi juga pelaku utama. Mulai dari keikutsertaan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler Islami seperti Band Islami, Music Islami, hingga beberapa club Musabaqah Hifdzil Quran, Fahmil Quran, Syarhil Quran, Karya Tulis Ilmiah Qurani, serta Nasyid Islami. Mereka bahkan telah mengukir prestasi membanggakan seperti Juara 1 Nasyid Islami tingkat Nasional tahun 2025 dan Juara 2 LKTI Al-Qur'an tingkat Nasional.
Program My Project atau Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan pendekatan STREAM (Sains, Teknologi, Rekayasa, Seni, Matematika) yang terintegrasi dengan dalil-dalil Al-Qur’an juga menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi dan karakter secara holistik.
“Kami ingin siswa tidak hanya sukses ujian, tapi juga sukses menjadi manusia berkarakter,” ujar Idi Rathomy Baisa, Kepala SMAIS.
Dampak Nyata: Dari Sebelum ke Sesudah
Monitoring hari itu juga menyoroti perubahan nyata setelah program diterapkan, sebagaimana terekam dalam tabel kondisi berikut:
Indikator PAIS Berkarakter |
Kondisi Sebelum |
Kondisi Sesudah |
Berakhlakul karimah |
Belum terprogram jelas |
3 program unggulan keagamaan berjalan |
Rajin mengaji |
Terbatas pada pelajaran formal |
Program harian EveryDay With Alqur’an |
Kejar Fadilah Dhuha |
Belum masif |
Salat Duha berjamaah secara sirri dan jahr |
Aktif salat fardu |
Tidak rutin berjamaah |
Pembelajaran Dzikir dan Doa berjamaah usai salat harian |
Ramah dan moderat |
Belum terintegrasi kurikulum |
Pembelajaran PAI dengan integrasi nilai moderasi beragama |
Aktif dan siap supervisi |
Tidak terdokumentasi |
Program pendampingan bersama dengan Pengawas Kemenag |
Kreatif dan inovatif |
Kurang optimal |
Sudah melaksanakan pembelajaran berbasis Digital dan AI |
Terus berprestasi |
Belum unggul nasional |
Juara 1 Nasyid Islami & Juara 2 LKTI Al-Qur'an tingkat Nasional |
Saran dan Harapan
Idi Rathomy menyarankan agar pendampingan intensif dari Kemenag dilakukan setiap dua bulan, guna memberikan insight dan motivasi pada sekolah-sekolah piloting. Hal ini dianggap krusial untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas program.
Ia juga berharap agar program ini diperluas ke sekolah negeri, dan dibuatkan sistem apresiasi atau lomba antar sekolah berbasis indikator PAIS Berkarakter. Ini akan mendorong lebih banyak sekolah untuk mengimplementasikan program serupa dan berkompetisi secara positif dalam pembentukan karakter siswa.
“Kami berharap PAIS Berkarakter tak berhenti jadi program, tapi jadi gerakan bersama seluruh sekolah di Indonesia,” tegasnya.
Penutup: Cahaya dari Sabilillah
Dengan penyerahan SK, SMA Islam Sabilillah Malang kini resmi menjadi sekolah percontohan PAIS Berkarakter di Jawa Timur. Ini bukan sekadar penghargaan, tapi amanah besar untuk menjadi cahaya — tempat lahirnya generasi yang cerdas, moderat, religius, dan berprestasi.
Dan seperti yang disampaikan Abd. Wafi, “Kita tidak sedang membangun sekolah, kita sedang membangun peradaban.”
(HUMAS Kemenag Kota Malang)