Rasulullah SAW, sebagaimana dikutip dalam kitab Ihya Ulumuddin, menegaskan sebuah klasifikasi manusia yang mendalam melalui sabda beliau yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud:
الناس ثلاثة غانم وسالم وشاحب
"Manusia itu ada tiga jenis: Ghanim (orang yang beruntung/mendapatkan keuntungan), Salim (orang yang selamat), dan Syahib (orang yang pucat/merugi)."
Hadis ini memberikan refleksi mendalam tentang bagaimana seharusnya seorang individu menjalani kehidupannya. Mari kita kaitkan relevansinya dengan peran Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia, khususnya dalam konteks Reformasi Birokrasi dan nilai-nilai BERAKHLAK.
Memahami Tiga Kategori Manusia dalam Konteks ASN:
1. ASN sebagai Ghanim (Berhasil dan Berkontribusi)
Seorang Ghanim adalah individu yang berhasil meraih keuntungan dan memberikan kontribusi nyata, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Dalam konteks ASN, ini berarti seorang aparatur yang tidak hanya menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi juga aktif menginisiasi perubahan, memberikan solusi, dan membawa dampak positif yang meluas.
"Orang 'alim meng'alimkan orang": ASN yang berilmu, terus belajar, dan membagikan pengetahuannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Ia bukan hanya pakar di bidangnya, tapi juga mentor bagi rekan kerja dan edukator bagi masyarakat.
"Orang saleh mensalihkan orang": ASN yang berintegritas tinggi, jujur, dan berpegang teguh pada etika. Kesalehan pribadinya termanifestasi dalam pelayanan yang bebas korupsi, transparan, dan akuntabel, sehingga menginspirasi lingkungan kerjanya dan membangun kepercayaan publik.
"Orang ikhlas mengikhlaskan orang": ASN yang bekerja dengan tulus, tanpa pamrih, dan mengutamakan kepentingan publik di atas segalanya. Keikhlasannya mendorong lahirnya inovasi dan terobosan pelayanan yang semata-mata demi kemaslahatan umat dan mampu mendorong orang lain untuk benar-benar kerja ikhlas sebagaimana motto kemenag IKHLAS BERAMAL.
ASN Ghanim adalah agen perubahan sejati, roda penggerak Reformasi Birokrasi yang esensinya adalah perubahan mindset (pola pikir) dan culture set (budaya kerja). Mereka adalah teladan dalam membangun Zona Integritas (ZI) dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih, melayani, akuntabel, serta profesional. Hadir di tengah masyarakat, menghadirkan inovasi yang mendekati masyarakat, dan secara konsisten memberikan manfaat bagi publik.
2. ASN sebagai Salim (Selamat, Namun Kurang Berkontribusi)
Kategori Salim merujuk pada orang yang baik, namun tidak secara aktif membuat orang lain menjadi baik. Mereka adalah individu yang pandai, menjalankan tugasnya dengan benar, dan amanah terhadap rezeki yang didapat, tetapi tidak mampu atau lebih tepatnya tidak tergerak untuk mengajak atau menginspirasi orang lain untuk berbuat serupa dan membuat perubahan yang lebih baik.
Dalam ranah ASN, ini adalah pegawai yang disiplin, tidak pernah melakukan pelanggaran, dan kinerjanya cukup baik. Namun, mereka cenderung bekerja dalam batasan deskripsi tugasnya, kurang inisiatif, dan tidak aktif dalam menggerakkan perubahan atau menyebarkan semangat perbaikan kepada rekan kerja atau masyarakat. Mereka "selamat" dari masalah atau teguran, tetapi tidak menjadi agent of change yang diharapkan dalam birokrasi yang dinamis.
3. ASN sebagai Syahib (Pucat, Tidak Berilmu, dan Merepotkan)
Kategori Syahib adalah gambaran individu yang merugi, tidak berilmu, dan justru merepotkan orang lain. Dalam konteks ASN, ini adalah pegawai yang mungkin kurang kompeten, tidak mau belajar dan mengembangkan diri, serta seringkali menjadi beban atau hambatan bagi kinerja organisasi. Mereka dapat menghambat proses pelayanan, menjadi sumber keluhan, atau bahkan terlibat dalam praktik-praktik yang merugikan negara dan masyarakat.
Kehadiran ASN Syahib sangat bertolak belakang dengan semangat Reformasi Birokrasi yang menghendaki peningkatan integritas dan kinerja yang tinggi. Ia hanya menjadi sumber masalah dalam bekerja dan tidak mampu berkinerja baik.
BERAKHLAK: Fondasi ASN Ghanim dan Agen Perubahan
Untuk mentransformasi ASN dari sekadar Salim menjadi Ghanim, bahkan mencegah mereka menjadi Syahib, dibutuhkan fondasi nilai yang kuat. Di sinilah prinsip BERAKHLAK menjadi sangat relevan dan urgen:
Berorientasi Pelayanan: ASN Ghanim senantiasa memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan. Ini adalah wujud nyata dari kontribusi.
Akuntabel: ASN Ghanim melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi. Mereka bertanggung jawab atas setiap "jarahan" dan sumber daya yang dipercayakan.
Kompeten: ASN Ghanim terus meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah, membantu orang lain belajar, dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Ini adalah wujud dari "meng'alimkan orang".
Harmonis: ASN Ghanim peduli dan menghargai perbedaan, suka menolong orang lain, serta membangun lingkungan kerja yang kondusif. Harmoni adalah kunci kolaborasi untuk mencapai dampak yang lebih besar.
Loyal: ASN Ghanim berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara. Loyalitas ini menjadi dasar dari amanah yang diemban.
Adaptif: ASN Ghanim terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi dan efektivitas pelayanan. Ini adalah ciri khas agen perubahan.
Kolaboratif: ASN Ghanim membangun kerja sama yang sinergis, memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, dan terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah. Kolaborasi memperluas jangkauan kontribusi seorang Ghanim.
Amanah dan Gaya Hidup untuk Keselamatan Dunia Akhirat
Prinsip BERAKHLAK bukan hanya sekadar slogan, melainkan sebuah amanah dan gaya hidup yang harus dinikmati oleh setiap ASN. Menjalankan nilai-nilai ini dengan sepenuh hati adalah bentuk penghantar keselamatan di dunia dan akhirat.
Di dunia, ASN yang berintegritas, kompeten, dan melayani akan menciptakan birokrasi yang bersih, efektif, dan dipercaya publik, sehingga membawa kemajuan bagi bangsa. Di akhirat, setiap kontribusi positif, setiap tindakan ikhlas, dan setiap upaya menjadikan orang lain lebih baik akan dicatat sebagai amal kebaikan yang tak terhingga.
Melalui penerapan nilai-nilai BERAKHLAK dan semangat menjadi seorang Ghanim, ASN tidak hanya akan mencapai kesuksesan dalam karier dan memberikan pelayanan prima, tetapi juga akan meraih keberkahan hidup, sekaligus menjadi bagian dari perubahan positif yang hakiki bagi Indonesia. Inilah esensi tertinggi dari pengabdian seorang abdi negara.