Melayani Sepenuh Hati: Bukti Syukur pada Masyarakat

Hari-hari ini Kemenag Kota Malang sedang mengikuti penilaian mandiri Pelayanan Publik oleh Bidang Ortala Kemenag RI. Kemenag Kota Malang sebenarnya sudah pernah mengikuti penilaian Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik (PEKPPP) Nasional pada 2023, namun saat itu Kemenag Kota Malang mendapat penilaian A- dengan nilai 4,48 sementara untuk mendapatkan hasil penilaian A atau pelayanan prima, harus mencapai nilai minimal 4,51.

Kenapa kita terus berusaha memperbaiki pelayanan kepada masyarakat? Pelayanan prima, atau service excellent, sering kali dipandang sebagai strategi bisnis untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Namun, bagi para abdi negara atau siapa pun yang bekerja dalam sektor publik, pelayanan prima lebih dari sekadar strategi. Ia adalah sebuah keharusan moral dan bentuk rasa terima kasih kepada masyarakat yang telah mempercayai dan menggaji kita melalui pajak.

Pajak yang dibayarkan masyarakat adalah amanah. Dari pajak inilah gaji, tunjangan, dan fasilitas para pelayan publik dibiayai. Oleh karena itu, setiap gaji yang kita terima sejatinya adalah titipan dari keringat dan jerih payah masyarakat. Lalu, bagaimana cara kita membalas budi atas kepercayaan dan rezeki yang mereka berikan? Jawabannya, dengan memberikan pelayanan terbaik yang tulus, profesional, dan sepenuh hati.

Menghadirkan Pelayanan Prima sebagai Wujud Syukur

Dalam ajaran agama, syukur tidak hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan melalui tindakan. Tafsir Ibnu Katsir dari surat Ad-Dhuha ayat 11, “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur),” memberikan landasan yang kuat. Tafsir ini menjelaskan bahwa mensyukuri nikmat Allah bisa dilakukan dengan menceritakannya, memujinya, dan memanfaatkannya dengan baik.

Dalam konteks pelayanan publik, nikmat Allah yang harus kita syukuri adalah kesempatan dan rezeki yang kita dapatkan melalui pekerjaan kita. Bagaimana cara kita "menceritakan" dan "memuji" nikmat ini? Dengan menghadirkan pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan kita adalah cerminan rasa syukur kita.

Lebih lanjut, tafsir Ibnu Katsir juga mengutip hadis Rasulullah ﷺ yang berbunyi, “Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” Hadis ini secara tegas menghubungkan rasa syukur kepada Allah dengan rasa syukur kepada manusia. Masyarakat adalah perantara nikmat Allah. Saat kita melayani masyarakat dengan baik, kita tidak hanya berterima kasih kepada mereka, tetapi juga menunjukkan rasa syukur kita kepada Tuhan. Sebaliknya, ketika kita mengabaikan atau memberikan pelayanan yang buruk, kita tidak hanya mengecewakan mereka, tetapi juga menunjukkan kurangnya rasa syukur.

Konsep Pelayanan Prima yang Berlandaskan Sikap Tulus

Pelayanan prima bukan hanya tentang prosedur dan standar, tetapi juga tentang sikap (attitude), perhatian (attention), dan tindakan (action). Ketiga elemen ini, yang sering disebut konsep triple A, harus berlandaskan ketulusan.

  1. Sikap (Attitude): Tunjukkan sikap ramah, santun, dan profesional. Sambut setiap masyarakat dengan senyum, karena senyum adalah bahasa universal yang bisa mencairkan suasana dan menunjukkan bahwa Anda siap membantu.

  2. Perhatian (Attention): Dengarkan dengan saksama setiap keluhan atau kebutuhan yang disampaikan. Jangan biarkan mereka merasa diabaikan. Berikan perhatian penuh seolah-olah masalah mereka adalah prioritas utama Anda.

  3. Tindakan (Action): Setelah mendengar, segera ambil tindakan nyata. Berikan solusi yang jelas, cepat, dan efektif. Tunjukkan bahwa Anda tidak hanya mendengarkan, tetapi juga berupaya keras untuk membantu.

Di samping itu, konsep pelayanan prima juga mencakup 7A + S, yaitu ability, accountability, appearance, sympathy, dan lainnya. Semua konsep ini sejalan dengan prinsip syukur: bekerja dengan kemampuan terbaik (ability), bertanggung jawab penuh (accountability), menjaga penampilan (appearance), dan memiliki empati (sympathy).

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita tidak hanya memenuhi standar pelayanan, tetapi juga membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap lembaga publik. Masyarakat akan merasa dihargai, dilayani dengan baik, dan keyakinan mereka bahwa pajak yang mereka bayarkan digunakan dengan benar akan semakin kuat.

Pada akhirnya, pelayanan prima adalah sebuah ibadah. Ia adalah manifestasi dari rasa syukur, sebuah pengabdian tulus yang berbalas pahala. Mari kita jadikan setiap interaksi dengan masyarakat sebagai kesempatan untuk berterima kasih, melayani dengan sepenuh hati, dan membuktikan bahwa kita adalah abdi negara yang amanah.

Achmad Shampton

Penulis yang bernama Achmad Shampton ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama .