Saat mutholaah saya menemukan kalimat menarik yang disampaikan oleh Imam Sahl Ibn Abdullah at-Tusturi yang kemudian juga dikutip oleh Imam Ghazali di Ihya Ulumuddin.
أبو بكر الجوزي قال: سمعت سهل بن عبد الله يقول: ليس كل من عمل بطاعة الله صار حبيب الله، ولكن من اجتنب ما نهى الله عنه صار حبيب الله ولا يجتنب الآثام إلا صديق مقرب وأما أعمال البر فيعملها البر والفاجر.
Imam Sahl berkata: “tidak setiap orang yang taat ibadah bisa menjadi kekasih Allah, tetapi orang yang mau menjauhi larangan Allahlah yang bisa menjadi kekasih Allah. Tidak bisa menjauhi dosa kecuali orang yang jujur dan muqarrab (ahli mendekat pada Allah), sementara kebaikan bisa dilakukan oleh orang baik maupun penjahat.
Penjelasan ini sangat menarik buat kita, banyak sekali orang yang melakukan menjadikan ibadah sebagai kedok atas kesalahan atau kekeliruan yang ia lakukan. Koruptor berparas orang yang shaleh, sudah pernah haji berulang kali atau setiap momen menyantuni banyak orang.
Hanya saja pernyataan Imam Sahl ini meneguhkan bahwa dalam Islam tidak dikenal money loundry atau menutupi kemungkaran dengan topeng kesalehan. Alasannya sangat rasional, kebaikan bisa saja dilakukan oleh orang baik maupun penjahat, tetapi menjauhi keburukan, mental korup, mental pecundang, menolak gratifikasi, menolak memfitnah dan kemungkaran lainnya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan Allah yaitu para muqarrabin, orang yang punya komitmen dzahir dan batin untuk berupaya dekat pada Allah
Banyak orang yang sudah disebut ustadz, kyai ataupun yang mulia karena menjadi pejabat, tetapi hatinya jauh dari sebutan itu, dibalik itu dia berbuat kemungkaran kecurangan. Inilah yang dihawatirkan Nabi, dimana diakhir zaman akan banyak pembaca Quran tetapi ayat-ayat itu hanya terlintas hingga tenggorokannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ
“Akan keluar manusia dari arah timur dan membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya.” (HR. Bukhari)
Pernyataan Rasulullah ini adalah kritik bagi umatnya yang mengedepankan simbol tetapi lupa terhadap substansi. Ia menghafal Quran, mengajarkan Quran tetapi perilakunya jauh dari akhlak Quran. Penuh kedengkian dan kebencian pada sesama. Itulah kenapa kita ASN Kemenag, harus menjadi terdepan dalam mengedukasi masyarakat tentang urgensi memahami substansi agama. Karena institusi kita bermerk Kementerian Agama, maka kita harus terdepan dalam memberikan pemahaman bukan malah menjadikan merk Kementerian Agama ini sebagai kedok untuk berlaku culas dan jauh dari integritas. salam integritas!!!