Di tengah perjalanan membangun Zona Integritas (ZI) Wilayah Bebas Korupsi (WBK) di Kementerian Agama Kota Malang, kita semua dihadapkan pada beragam cobaan. Layaknya sebuah pelayaran, ombak dan badai tak bisa dihindari. Namun, justru di sinilah letak kekuatan kita—dalam menghadapi tantangan dengan semangat yang membara.
Setiap rintangan yang datang bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk belajar dan tumbuh. Dalam proses ini, kita harus tetap berkomitmen untuk menjaga integritas dan memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Keterpurukan tidak seharusnya membuat kita berhenti; sebaliknya, kita harus bangkit, berbenah, dan melangkah maju.
Mari kita gunakan semangat ini sebagai bahan bakar untuk meraih cita-cita ZI WBK. InysaAlloh, bi idznillah kita tetap optimis lolos penilaian TPN. Namun ingat, kalaupun ternyata kita gagal lagi tahun ini, masih ada tahun depan yang menanti. Yang terpenting adalah menjadikan semangat ini sebagai bagian dari hidup kita, sehingga setiap langkah yang kita ambil terasa nyaman dan penuh makna.
Ingat, kita tidak sendirian dalam perjalanan ini. Mari kita bersatu, saling mengingatkan, dan bekerja sama. Dengan gotong royong, kita akan membangun fondasi yang kokoh untuk mencapai tujuan kita. Dan jika ada kesalahan, mari kita benahi dengan bijak—karena setiap kesalahan adalah pelajaran berharga.
Dalam perjalanan hidup yang sarat makna, kita sering dihadapkan pada momen-momen di mana kita perlu mengingatkan orang lain. Namun, ingatlah, cara kita mengingatkan bisa menjadi jembatan atau justru tembok pemisah. Seperti yang sering saya renungkan, ingatkanlah dengan nurani, bukan dengan emosi.
Ketika kita mengingatkan dengan nurani, kita berbicara dari hati ke hati, dengan ketulusan yang bisa dirasakan oleh orang lain. Kata-kata yang keluar dari jiwa yang tenang akan menjadi lembut, bagaikan angin sepoi-sepoi yang menghapus debu di hati. Sebaliknya, jika kita mengingatkan dengan emosi, kita bisa menjadi badai yang mengamuk—sebuah kekuatan yang bisa menyakiti, meninggalkan luka yang dalam. Kita tak ingin kata-kata kita menjadi pedang yang melukai, tetapi seharusnya menjadi lentera yang menerangi jalan.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki cerita dan perasaan yang mendalam. Ketika kita menyampaikan pesan dengan empati, kita memberi kesempatan bagi mereka untuk mendengarkan dan merenungkan. Dalam setiap ingatan yang kita sampaikan, biarlah nurani yang memandu, menciptakan ruang bagi pemahaman dan penerimaan.
Mari kita jaga komunikasi kita dengan cara yang membangun, karena di dalam setiap pesan, terdapat kekuatan untuk menyentuh hati dan mengubah cara pandang. Ketika nurani yang berbicara, di sanalah tercipta hubungan yang lebih mendalam—hubungan yang saling menghargai, saling memahami, dan saling mendukung. Dengan cara ini, kita bukan hanya mengingatkan, tetapi juga menginspirasi.
Dalam segala hal, ingatlah bahwa kita disorot oleh mata seluruh Indonesia. Mari kita tunjukkan bahwa di Kemenag Kota Malang, semangat tak akan padam. Bersama, kita bisa menghadapi segala cobaan dengan keyakinan bahwa kita akan dimuliakan oleh Allah dalam setiap usaha kita.
tulisan ini disarikan dari pembinaan oleh Kepala Kantor Pada Apel Senin Senyum 14 Oktober 2024