Malang - Kementerian Agama Kota Malang menugaskan Elvi Nur Ridho Khasanah, S.Ag., M.Ag. sebagai narasumber dalam Workshop Peningkatan Kualitas Pelayanan Guru Ngaji. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 20 Februari 2025, di Kantor Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan Klojen, Malang. Workshop ini bertujuan meningkatkan metode interaktif dalam pengajaran guna memperkuat kompetensi para guru ngaji. Dengan adanya workshop ini, diharapkan guru ngaji dapat memberikan pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan bagi para santri.
Menurut Elvi, banyak kelompok pendidikan Al-Qur’an yang terpaksa berhenti beroperasi setelah ustadz atau ustadzahnya wafat. Tanpa adanya regenerasi, komunitas belajar ini tidak bisa bertahan lama. Oleh karena itu, diperlukan program kaderisasi yang dapat melahirkan guru-guru ngaji baru agar proses pembelajaran tetap berjalan dan berkembang dengan metode yang lebih inovatif.
Elvi juga menyoroti beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh para santri di Lembaga Pendidikan Al-Qur’an (LPQ) saat ini. Beberapa di antaranya adalah ketergantungan terhadap gawai, kurangnya perhatian orang tua, dan meningkatnya kasus bullying di lingkungan pendidikan.
Untuk mengatasi hal ini, Elvi menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi dalam metode pembelajaran. Para guru ngaji harus mampu menciptakan suasana belajar yang inspiratif dan menarik. Beberapa metode yang dapat diterapkan di antaranya adalah:
Menggunakan metode interaktif - Seperti bernyanyi, bermain peran, dan bercerita untuk menjaga semangat belajar santri.
Pemanfaatan media pembelajaran - Menggunakan berbagai alat bantu edukatif agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami.
Kolaborasi antara guru, orang tua, dan pemerintah - Dengan adanya sinergi ini, pembinaan moral dan pendidikan agama dapat berjalan lebih optimal.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pendidikan Al-Qur’an dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Keberlanjutan pendidikan agama bukan hanya tanggung jawab guru ngaji, tetapi juga membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk keluarga dan pemerintah. Dengan metode yang inovatif dan kolaboratif, pembelajaran Al-Qur’an dapat tetap relevan dan menarik bagi generasi muda di era digital ini.(HUMAS)