Dedi Noviyanto Sekolah Harus Jadi Garda Depan Lawan Intoleransi

SMA Negeri 2 Malang menggelar Workshop Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan tema sentral “Membangun Lingkungan Sekolah yang Aman, Nyaman, dan Ramah untuk Meningkatkan Kemandirian Peserta Didik”. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari dan dihadiri oleh ratusan guru serta tenaga kependidikan.

Salah satu sesi utama yang menyita perhatian peserta adalah pemaparan materi dari Dedi Noviyanto, M.Pd.I., Pengawas Pendidikan Agama Islam dari Kementerian Agama Kota Malang. Dengan tajuk “Toleransi Gender, Agama, dan Budaya”, Dedi mengangkat pentingnya peran dunia pendidikan dalam merespons tantangan intoleransi yang masih tinggi di tengah masyarakat.

“Data LSI 2023 mencatat, 61% responden menunjukkan sikap intoleran terhadap kelompok berbeda, baik dari sisi agama, budaya, maupun gender. Ini menunjukkan bahwa ruang sekolah harus jadi titik awal perlawanan terhadap intoleransi,” ungkap Dedi saat tampil di Aula Sabhayatama, Selasa pagi (24/6).

Dalam paparannya, Dedi mengutip Paulo Freire yang menyebut bahwa pendidikan seharusnya membebaskan dan membentuk kesadaran kritis (critical consciousness). Ia juga menekankan perlunya kurikulum inklusif yang memuat nilai-nilai multikultural dan penghargaan terhadap perbedaan, sejak dari bangku sekolah.

Sesi ini juga memaparkan data SETARA Institute (2022) yang mengungkapkan lebih dari 20 kasus intoleransi di sekolah menengah, serta laporan UNESCO (2021) yang menyatakan bahwa guru berperan besar dalam menurunkan perilaku diskriminatif siswa hingga 34%.

Workshop yang dimulai sejak pukul 07.00 WIB ini mencakup berbagai sesi, mulai dari materi tentang disiplin positif, layanan prima tenaga kependidikan, hingga penggunaan Quizizz untuk pembelajaran digital. Sesi Dedi Noviyanto dimoderatori oleh Fathur Rohman, M.Pd.I., dan berlangsung dinamis dengan dialog terbuka dari para peserta.

“Sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi juga ruang pembentukan nilai. Guru dan kepala sekolah harus jadi pionir dalam membangun budaya dialogis dan menghormati keberagaman,” tegas Dedi, sembari menyarankan penguatan pelatihan guru, kolaborasi lintas pihak, serta pemanfaatan media digital untuk kampanye toleransi.

Kegiatan workshop ini ditutup dengan sesi refleksi dan penyerahan tugas mandiri, serta rangkaian tugas daring yang akan berlangsung hingga akhir Juni. Kepala SMAN 2 Malang, Eny Retno Diwati, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan komitmen sekolah untuk menjadikan inklusivitas sebagai prinsip dasar dalam membina peserta didik.

“Peserta didik akan mandiri jika mereka tumbuh di lingkungan yang aman dan saling menghargai. Dan semua itu dimulai dari kita, para pendidik,” pungkasnya.

Heri Mulyo Cahyo

Penulis yang bernama Heri Mulyo Cahyo ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Reporter Kemenag Kota Malang.