MALANG – Ratusan kilometer terbentang tidak menyurutkan semangat para pendidik untuk saling berbagi ilmu dan inspirasi. Sebanyak 68 anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI SMP Kabupaten Bangkalan melakukan studi tiru ke SMPN 15 Kota Malang pada Rabu, 24 Juli 2025. Kunjungan ini berfokus pada pembahasan dan praktik baik dalam pengembangan School Religious Culture (SRC) atau Budaya Religius di Sekolah.
Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 11.00 WIB ini disambut hangat oleh para pejabat dan pendidik Kota Malang, termasuk Febrian Taufik Sholeh, Kasi PAIS Kemenag Kota Malang; Munira, Ketua Pokjawas PAI Kemenag Kota Malang; Junaidi, Pengawas PAI Jenjang SMP Kemenag Kota Malang; dan Suwaibah, Kepala SMPN 15 Kota Malang. Turut hadir juga beberapa tokoh pendidikan lain seperti Syamsiyah W, Kepala SMPN 30, dan Anis Zulaikhah, guru PAI SD N Purwantoro 04, yang semakin memperkaya diskusi.
Meneladani Semangat Dakwah Syaikhona Kholil
Dalam sambutannya, Kasi PAIS Kemenag Kota Malang, Febrian Taufik Sholeh, memberikan pesan yang menyentuh. Ia menekankan pentingnya peran guru PAI dalam meneladani semangat berdakwah para ulama besar. "Madura adalah tempat lahirnya ulama besar, Syaikhona Kholil Bangkalan, yang juga guru dari ulama-ulama Nusantara seperti KH Hasyim Asy'ari. Oleh karena itu, para Guru PAI harus meneladani semangat dakwah beliau," tegas Febrian. Pesan ini seolah menjadi pengingat bahwa tugas para pendidik bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur keagamaan yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Budaya Religius sebagai Fondasi Pendidikan Karakter
Sementara itu, Kepala SMPN 15 Kota Malang, Suwaibah, menekankan bahwa budaya religius adalah fondasi terpenting dalam pendidikan karakter. "Budaya religius adalah yang paling penting dalam pendidikan karakter. Ini harus dikembangkan di seluruh sekolah," ujarnya. Pernyataan ini disambut baik oleh seluruh peserta, termasuk Jauhari, Penasihat MGMP PAI SMP Bangkalan. Jauhari menjelaskan bahwa kedatangan mereka bertujuan untuk saling mencari dan berbagi inspirasi tentang budaya religius yang telah berhasil diterapkan di SMPN 15. Kehadiran tiga kepala sekolah dari Bangkalan juga menjadi indikasi keseriusan mereka untuk mereplikasi program SRC ini di sekolah masing-masing.
Metode SRC yang Partisipatif dan Terukur
Puncak dari kegiatan studi tiru ini adalah pemaparan mendalam dari seorang guru PAI SMPN 15 tentang bagaimana SRC di sekolahnya dimulai dan dilaksanakan. Guru tersebut menjelaskan bahwa program ini diawali dengan langkah yang sangat terstruktur dan partisipatif.
"Setelah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), semua siswa diberikan kuesioner yang berisi beberapa hal," jelas guru PAI tersebut. Kuesioner ini mencakup kemampuan membaca Al-Qur'an, kedisiplinan shalat lima waktu, dan hal-hal lain terkait pembiasaan baik untuk pembentukan karakter. Hasil kuesioner ini tidak hanya disimpan, tetapi juga dipaparkan kepada seluruh orang tua siswa baru bersama dengan komite sekolah.
"Dalam pertemuan itu, kami menjelaskan program apa saja yang akan dilaksanakan, termasuk program yang memerlukan dukungan pembiayaan dari wali murid," lanjutnya. Hal ini menunjukkan pendekatan yang transparan dan kolaboratif. Contohnya, untuk meningkatkan kemampuan mengaji siswa, sekolah mendatangkan guru ngaji dengan metode khusus, seperti metode Bil Qolam, yang pembiayaannya didukung oleh wali murid.
Metode SRC yang diterapkan di SMPN 15 Kota Malang ini tidak hanya berfokus pada ibadah, tetapi juga melibatkan seluruh ekosistem sekolah, dari guru, siswa, hingga orang tua. Pendekatan ini memastikan bahwa pendidikan karakter berbasis agama tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga menjadi bagian dari pembiasaan di rumah.
Kunjungan studi tiru ini diharapkan dapat menjadi jembatan inspirasi antara Kota Malang dan Kabupaten Bangkalan. Dengan berbagi praktik baik, para pendidik PAI di Bangkalan dapat membawa pulang pengetahuan berharga untuk mengembangkan SRC di sekolah mereka, mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter religius dan berakhlak mulia, meneladani semangat dakwah Syaikhona Kholil. (Humas)