Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Kota Malang, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang menggelar orientasi pendampingan poskestren, Rabu, 14-16 September 2021.
Kegiatan yang dilaksanakan di ruang pertemuan anggrek Dinkes Kota Malang ini diikuti oleh 30 orang peserta terdiri tiga orang kader Santri Husada dari 10 pesantren binaan.
Selama kegiatan mereka mendapatkan materi konsep dasar dan kebijakan Poskestren, peran ormas dalam mewujudkan pondok pesantren bersih dan sehat, kesehatan lingkungan ponpes, kesehatan remaja, penyakit yang banyak terjadi di ponpes, SMD (telaah kemandirian, fisik, perorangan, PHBS), MMPP serta pencatatan dan pelaporan oleh narasumber dari Dinkes Kota Malang dan Kantor Kementerian Agama Kota Malang.
Pada hari kedua, Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Kota Malang, Achmad Shampton Masduqie dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa Pesantren dalam hal ini harus senantiasa digarda terdepan dalam mensosialisasikan hidup sehat. Mengutip sebuah hadits, islam itu bersih dan senantiasalah menjaga kebersihan, karena hanya orang-orang bersih sajalah yang masuk surga, yang diriwayatkan Imam Thabrani, Shampton menegaskan bahwa masing-masing kita adalah etalase bagi Islam, orang non muslim akan mempelajari Islam dari pemeluknya tidak akan membaca quran sendiri atau mengkaji hadits sendiri. Oleh karena itu peran serta santri dalam memasyarakatkan hidup sehat dan bersih sangat dibutuhkan. Karena pola hidup sehat merupakan bagian dari maqashid syariah yang diupayakan bagi mereka yang setiap hari bergelut dalam kajian keislaman seperti halnya santri.
Kepala Dinkes Kota Malang dr. Chusnul Maarif melalui Kasi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dyah Setyatie mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar Poskestren, meningkatkan pengetahuan tentang peran Ormas dalam mewujudkan pondok pesantren bersih dan sehat serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan khususnya Kader Santri Husada tentang gizi santri dan cara menentukan status gizi.
“Selain itu, meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan tentang cara melakukan survey PHBS, SMD dan MMPP, meningkatkan pengetahuan peserta tentang pentingnya kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren serta meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang sering terjadi di pondok pesantren,” ungkapnya.
Menurut Dyah Setyatie, pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah diakui oleh semua pihak pihak. Peran serta masyarakat baik perorangan maupun terorganisasi telah terbukti mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat yang setinggi.