Rawat NKRI, Kemenag Kerja Bareng Densus 88 Edukasi Dai dan Khatib

Dalam rangka membumikan moderasi beragama di Kota Malang, Kementerian Agama Kota Malang bekerja sama dengan Detasemen Khusus 88 mengadakan penguatan Islam wasathiyah untuk Indonesia Damai yang dikemas dalam Silaturahmi Dai dan Khatib yang diselenggarakan di Balai Sidang Pemerintah Kota Malang.

Pada giat yang dihadiri, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang, Dr. Muhtar Hazawawi, Dandim 0833, Kapolresta Malang Kota, Dofir Densus 99 AT, Dr. Abdul Haris, MA, Ketua PD Muhammadiyah Kota Malang ini masing-masing dai dan khatib yang hadir dibekali buku kumpulan khutbah jumat sepanjang masa, Islam Wasathiyah.

Berkesempatan membuka giat ini H.Sutiaji, Walikota Malang. Sutiaji menegaskan bahwa giat ini diadakan dalam rangka menyamakan frekuensi bahwa kita hidup untuk kebaikan dan mengedepankan moral.
Berkesempatan menjadi narasumber dalam silaturahim ini, Profesor Dr. Nur Syam dari UIN Sunan Ampel Surabaya KH. Marzuqi Mustamar dari PWNU Jawa Timur dan Ust. Abu Fida selaku mantan teroris. Bertindak sebagai moderator Dr. Febrian Taufik, M.Ag Gara Zawa Kemenag Kota Malang.

Kyai Marzuqi yang juga dosen UIN Maliki ini menegaskan bahwa kita tidak boleh berpikiran sempit dalam menjalankan kehidupan beragama. "Agama memberi banyak peluang seseorang untuk menjalankan agama sesuai dengan kondisinya. Panggilan adzan contohnya, sunnah kita shalat awal waktu, tetapi saat di awal waktu itu ada orang yang harus diselamatkan nyawanya, maka mendahulukan menyelamatkan orang dengan menomorduakan shalat itu bukan berarti mungkar, tetapi ini adalah syar'i." lanjutnya.

"Dakwah Islamiyah terkadang membutuhkan strategi yang mungkin nampaknya bertentangan dengan Hadits Nabi, tetapi hakikinya disana ada upaya untuk merangkul orang lain untuk berislam yang kaffah." tuturnya.

Sementara itu Prof. Dr. Nur Syam menyampaikan materi yang bertajuk mencetak dai dan khatib yang memahami islam wasathiyah. Mengawali materinya Prof. Nur Syam memaparkan bagaimana Irak hingga kini hancur sejak diinfasi oleh George Bush. Pertentangan antar faksi di dalam negeri terus berlangsung hingga kini negeri ini tidak kunjung damai. Begitu juga dengan Aghanistan hanya dengan tujuh suku namun tidak mampu bersatu. "karenanya kita harus merasa beruntung lahir di Indonesia yang sejak lama merawat kebersamaan dan kebersatuan melalui cara pandang beragama yang moderat sebagaimana dicontohkan oleh Ulama-Ulama dan Pembesar Negara ini." tutur Profesor yang juga menjadi salah satu pengurus MUI Jawa Timur. "Setiap paham yang dipaksakan akan memunculkan kehancuran. Karenanya kita memang mengalami proses perubahan kekuasan politik tetapi kekuasaan politik dapat dikendalikan dan tidak ada gesekan berarti yang menyebabkan malapetaka di negeri ini. kita memahami bahwa toleransi kita ada pada ranah sosioogis bukan pada teologis" lanjutnya.

Sementara itu Ust. Abu Fida menjelaskan tentang jalan berliku dari pendidikan yang diterimanya di Gontor, kemudian Ngruki hingga terlibat jihad.

Mengomentari giat ini, Muhtar Hazawawi, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang menyatakan bahwa Kota Malang sangat konsen memberi penanaman paham moderat ini dalam rangka merawat NKRI terlebih moderasi beragama merupakan program utama Kementerian Agama dibawah pimpinan Gus Menteri. "ini juga sebagai upaya kita untuk terus melakukan inovasi untuk mewujudkan zi wbk." tegasnya.

Muhammad Nur Hidayah

Penulis yang bernama Muhammad Nur Hidayah ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pranata Humas dan Agen Perubahan Kemenag Kt Malang.