Dari Abu Hurairah RA, berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua Malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).” (HR Bukhari dan Muslim).
Berdasar hadits ini, Habib Muhammad bin Idrus Al-Haddad menyatakan salah besar bila menyerahkan semua gaji ke isteri setiap bulannya. Dia kehilangan keberkahan doa dari malaikat yang mendoakan mereka yang setiap pagi memberi nafkah. Terutama nafkah pada isterinya.
Suatu hari ada perbincangan seorang kyai dengan gurunya; "wahai guru betapa sulit menemukan pejabat yang tidak korupsi di negeri ini. Baik dari tingkat yang terendah hingga yang tertinggi." Sang Guru kemudian menjawab; mencari pejabat yang amanah dan jujur tidak cukup dengan meneliti latar belakang dan rekam jejaknya saja. tetapi ia harus meneliti perilaku dan rekam jejak isterinya.
Ada apa dengan isteri? kehidupan komsumtif seorang isteri tidak jarang merubah idealisme suami. Suami yang jujur dan amanah berubah menjadi sosok yang korup karena ternyata semua gajinya dikuasai isterinya dan sang isteri hidup sangat konsumtif.
Mungkin inilah wujud dari apa yang dimaksud hilangnya barakah doa setiap pagi oleh para Malaikat yang dimaksud oleh Habib Muhammad Ibn Idrus al-Haddad. Karena suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya, berperilaku baik, dan menjaga diri dari perbuatan dosa. Ia tidak boleh lemah didepan isteri.
Namun bukan berarti harus menjadi suami yang mentang-mentang terhadap isteri.
Memberi nafkah setiap pagi hari yang penuh berkah karena didoakan oleh Malaikat, dalam kehidupan nyata bisa diwujudkan dalam kontrol suami terhadap perekonomian keluarga. Apa saja yang dibelanjakan isteri dan seberapa urgen hal itu dilakukan untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan memberi nafkah setiap hari suami dapat mengukur seberapa besar kebutuhan rumah tangganya dan mendiskusikan bagaimana mengatasi kekurangannya, hingga tidak ada kedzaliman yang dilakukan pihak isteri maupun suami. Masing-masing mendorong untuk amanah terhadap rizki yang diberikan Allah.
Betapa banyak suami yang awalnya jujur dan berintegritas akhirnya menjadi sosok yang korup dan tidak jujur bahkan kemudian beretos kerja rendah karena isterinya tidak mampu mengatur keuangan dengan baik padahal semua gaji suami diserahkan pada isteri.
Itulah, integritas seorang suami tidak bisa dipertahankan bila sang isteri tidak mampu melindungi sifat jujur dan amanahnya suami. Isteri yang hanya mementingkan dirinya sendiri hanyalah akan menghantarkan suami yang korup dan penuh dalil untuk menghalalkan segala cara. Karenanya ZI dan WBK sebuah instansi harus dimulai dari keluarga masing-masing ASN.