“RAMADAN” berasal dari kata Arab “ramida” atau “ar-ramad” yang berartid “panas yang membakar” atau “kekeringan”. Terdapat beberapa tafsiran mengapa bulan ini dinamakan Ramadan: yang pertama adalah panas yang membakar dosa.
Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa biasanya Ramadan jatuh pada saat cuaca yang sangat panas yang membuat berat seseorang untuk berpuasa. Namun keteguhan berpuasa itu di cuaca yang sangat panas akan membakar dosa-dosa mereka yang berpuasa dan beramal shaleh di bulan itu.
Kedua. Ramadan berarti panas yang membakar dan membuat seseorang kehausan. Ramadan di gunakan untuk menunjuk sebuah iklim yang sangat panas hingga membuat orang kehausan.
Ketiga, Ramadan berarti pem ba karan nafsu. Nafsu manusia dibulan ini dibakar dengan tuntutan untuk menahan segala nafsu duniawi dan keinginan yang tidak berorientasi ukhrawi.
Ramadan mempunyai rahasia khusus untuk dapat membakar dosa dan membakar nafsu hing ga membuat pelakunya men ca pai derajat tinggi saat menja lan kannya. “Pahala Khusus Dari Allah”. Itulah yang disebut pua sa nya orang-orang spesial.
Bagi orang awam cukuplah puasa menahan lapar, dahaga dan kemaluan sepanjang siang. Tetapi bagi orang-orang spesial, menurut Imam Ghazali dalam Ihya setidaknya ada 6 syarat hang harus dilakukan disamping sekadar menahan nafsu perut dan kemaluan.
Pertama, adalah menjaga pan dangan dari melihat hal-hal yang dibenci Allah dan segala hal yang menyebabkan hati melupakan Allah. Kedua, adalah men jaga lisan. Menahan diri dari berkata-kata yang kotor, kasar, atau menyakiti orang lain yang menyebabkan permusuhan.
Ketiga, adalah menjaga pen dengaran dari hal-hal yang tidak ber manfaat atau yang dapat memicu emosi negatif. Segala hal yang haram diucapkan juga haram didengarkan karenanya Allah menyamakan orang yang mendengarkan sesuatu yang haram didengar dengan mengkonsumsi makanan haram. Allah dalam al Maidah ayat 42 menye butkan: “samma-una lil kadzibi akkaaluna lis suht.” Mereka (orang-orang kafir) mendengarkan kebo hongan dan memakan harta yang haram.
Keempat, adalah menjaga se luruh anggota badan dari tangan hingga kaki dari perbuatan dosa dan yang tidak disukai Allah. Seperti pentingnya menjaga perut dari harta yang subhat (tidak jelas kehalalannya) saat berbuka. Apa artinya berpuasa, tidak mengkonsumi harta halal sepanjang hari kemudian berbuka dengan sesuatu yang haram. Hal ini seperti seseorang yang membangun istana tetapi dengan merobohkan kota.
Rasulullah menegaskan: “Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” Sebagian ulama menyatakan orang yang disebutkan oleh Rasulullah tidak mendapatkan apapun dari puasa ini adalah orang yang mengkonsumsi harta haram. Sebagian ulama lain menyebutkan bahwa yang dimaksud Rasulullah ini adalah orang yang menahan diri dari makanan halal tetapi berbuka dengan mengkonsumsi daging temannya melalui ghibah yang diharamkan. Mereka inilah yang tidak mampu menahan tubuhnya dari perilaku dosa.
Kelima, adalah menahan diri dari mengkonsumsi harta halal. saat berbuka hingga kekenyangan. Tidak ada tempat yang paling dibenci Allah melebihi perut yang kekenyangan dengan sesuatu yang halal. Bagaimana puasa dapat diambil faidah, menekan musuh Allah dengan melawan hawa nafsu bila saat berbuka, apa yang tidak ia dapatkan disiang hari dilakukan semua di saat berbuka. Tujuan utama puasa adalah melemahkan kekuatan tubuh yang menjadi media setan untuk menyesatkan.
Keenam, hatinya dipenuhi rasa waswas dan harap setelah berbuka. Waswas apakah puasa nya diterima Allah sehingga bisa menjadi orang-orang yang dekat dengan Allah ataukan tertolak hingga kita menjadi orang yang dalam amarah Allah. Tapi juga berharap secacat apapun ibadah kita Allah berkenan menerimanya. Dan seperti inilah yang seharusnya dimunculkan disetiap ibadah apapun, agar memompa semangat untuk terus memperbaiki kualitas ibadah kita.
Dengan mencoba melakukan enam hal ini, diharapkan setiap muslim mampu menjadi orang spesial yang berpuasa secara spesial hingga pantas mendapat derajat kedekatan dengan Allah. Wallahu a’lam. (*)
Oleh: Gus Achmad Shampton Masduqie Kepala Kemenag Kota Malang
Artikel ini sudah dimuat di malangposcomedia pada Kamis, 13 Maret 2025