Adakah Sumpah Jabatan Itu Sekedar Seremoni

Setiap kali bertugas menjadi rohaniwan yang mengangkat al-Quran diatas orang yang akan disumpah, saya seringkali tercekat setiapkali sumpah yang dibacakan sampai pada kalimat "siap mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan". Sungguh ini bagian dari kalimat sumpah seorang pejabat maupun ASN yang menurut saya terberat. Apalagi dilakukan dibawah naungan Quran dan menggunakan nama Allah. Demi Allah saya bersumpah.

Beberapa kali kita melihat di jam kerja ada pegawai yang belanja keperluan rumah tangganya atau pulang sebentar untuk merawat keluarganya yang sakit. Sungguh hal yang wajar untuk dilakukan terlebih itu dilakukan ASN diwaktu dan jam senggang dari layanan. Tetapi sumpah itu tidak memiliki batasan.

Saya berfikir tidak mungkinkah teks sumpah ini perlu diperlonggar atau memang disediakan tafsir, "mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan" ini mengecualikan emergence yang bersifat kemanusiaan yang memang bisa disebut wajar bila kita mendahulukan kepentingan keluarga disaat itu?

Mengenai kekuatan menjaga sumpah, ada sebuah kisah menarik dari Sheikh Abdul Qadir Jilani, sebagaimana dikutip Habib Zain Ibn Ibrahim Ibn Sumaith dalam Manhajussawi halaman 700. Sheikh Abdul Qadir al-Jilani berkata: "saya selalu menjaga kejujuran dalam setiap langkah hidupku." "Suatu hari aku akan pergi dari Makkah ke Baghdad untuk mencari ilmu. Ibuku membekaliku dengan 40 dinar dan memintaku bersumpah untuk selalu jujur."

Sesampai di Hamadzan, ada sekelompok perompak yang mencegat rombongan Sheikh Abdul Qadir al-Jilani. Salah seorang diantara mereka kemudian menanyai Sheikh Abdul Qadir, "apa yang kau punya?" Sheikh Abdul Qadir kemudian memberitahukan uang yang diberikan ibunya kepadanya. Orang yang bertanya itu kemudian menyeret Sheikh Abdul Qadir ke pemempin perompak yang mencegat itu.

Pimpinan perompak itu kemudian bertanya seperti apa yang ditanya oleh anak buahnya "apa yang kau bawa?" "40 dinar" Jawab Sheikh Abdul Qadir. "Apa yang membuatmu jujur menyebutkan apa yang kau bawa?" Tanya pimpinan itu. Dikisahkan sang ibu sebenarnya menjahit uang dinar itu dilipatan baju Sheikh Abdul Qadir, hingga seandainya tidak diberitahukan, tidak akan ketahuan. Sheikh Abdul Qadir kemudian berkata, "ibuku telah menyumpahku untuk selalu jujur dan saya takut berkhianat atas sumpah yang telah saya ucapkan."

Mendengar itu pemimpin perompak itu berteriak, menyobek pakaiannya dan berkata: "Kau takut berkhianat atas sumpah janjimu pada ibumu, sementara aku tidak takut berkhianat pada sumpah janjiku pada Allah." Pemimpin perompak itu kemudian memerintahkan anak buahnya untuk mengembalikan semua harta yang mereka rampok dari rombongan itu dan ia berkata: "aku bertaubat kepada Allah dihadapanmu." para pengikutnya kemudian berkata: "engkau adalah pemimpin kami dalam setiap perampokan, dan engkau pada hari ini menjadi pemimpin kami bertaubat pada Allah. Mereka bertaubat atas keberkahan dari sumpah jujur yang tidak dilanggar oleh Sheikh Abdul Qadir al-Jilani.

Terlalu berlebihan bila kita berharap tiba-tiba muncul keajaiban seperti pertaubatan para perompak dihadapan Sheikh Abdul Qadir Jilani didunia kerja kita. Jangan-jangan orang-orang jujur yang memegang amanah dan berharap keajaiban, malah mendapat parsel fitnah dari berbagai penjuru atau malah terkucilkan. Karenanya pada tulisan ini saya hanya hendak menceritakan bahwa kita semua ASN telah disumpah dibawah nama tuhan kita masing-masing yang harus kita pertanggung jawabkan semua sumpah itu dihadapanNya. Tinggal kita memilih "Amanah atas Sumpah atau Khianat terhadap Sumpah", atau kita termasuk golongan orang-orang konyol yang menganggap sumpah jabatan itu hanya seremoni tanpa makna? Benarkah sekedar seremoni? Memegang sumpah seperti menggenggam bara api, melepas sumpah menjadikan kita khianat dari amanah. Ya rabb amanahkan kami... Selamat Memperingati Sumpah Pemuda.

Achmad Shampton

Penulis yang bernama Achmad Shampton ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama .