Kota Kediri — Pondok pesantren selama ini diakui sebagai pusat pendidikan Islam yang berperan penting dalam mengajarkan ilmu agama, memperdalam pengetahuan keislaman, serta membentuk karakter santri. Sebagai pilar utama pendidikan Islam di Indonesia, pesantren memiliki kontribusi besar dalam mencetak generasi penerus menuju Indonesia Emas. Demi memperkuat peran tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang, Gus Shampton, mengunjungi Ma’had Aly Lirboyo di Kediri pada Kamis (9/11). Dalam kunjungannya, ia memperkenalkan konsep dakwah terpadu berbasis model Qoryah Sakinah.
Gus Shampton menyoroti bahwa dakwah yang dilakukan secara individual sering kali dihadapkan pada keterbatasan sumber daya dan waktu. Hal ini menyebabkan para pendakwah ragu atau bahkan berhenti melaksanakan misi dakwahnya. “Melalui metode dakwah terpadu, kita bisa menggandeng seluruh potensi yang ada di masyarakat untuk memberdayakan umat secara menyeluruh. Tidak hanya mengandalkan satu orang, tetapi bekerja bersama-sama untuk hasil yang lebih efektif,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi, Gus Shampton menekankan bahwa dakwah yang efektif haruslah dilakukan secara bertahap. Beliau mencontohkan proses pengharaman arak dalam Al-Qur’an yang disampaikan melalui tiga tahapan, mulai dari larangan shalat dalam keadaan mabuk hingga akhirnya arak diharamkan secara tegas. “Pendekatan bertahap seperti ini penting agar pesan dakwah lebih mudah diterima oleh masyarakat,” tambahnya.
Metode Qoryah Sakinah, lanjut beliau, tidak hanya sebatas menyampaikan ajaran agama, tetapi melibatkan perencanaan matang dengan mengikutsertakan berbagai pihak, termasuk pemerintah setempat. Melalui kombinasi pendekatan ekonomi dan nilai-nilai agama, Qoryah Sakinah mampu mengubah kampung yang sebelumnya rawan kriminalitas menjadi komunitas yang sejahtera dan religius. “Dulu kampung itu dikenal sebagai sarang copet dan pengemis. Kini, kampung itu telah menjadi contoh wilayah yang mandiri secara ekonomi dan hidup dalam harmoni dengan prinsip-prinsip Islam,” ujarnya.
Keberhasilan konsep Qoryah Sakinah menjadi bukti nyata bahwa dakwah tidak sekadar berkutat pada penyebaran ilmu, tetapi juga mampu memberdayakan masyarakat dan menciptakan perubahan yang nyata. Gus Shampton berharap agar metode ini bisa diadopsi oleh pesantren-pesantren lain di seluruh Indonesia. “Dengan pembinaan yang terarah dan berkelanjutan, kita bisa mencetak generasi masyarakat yang tidak hanya berilmu, tetapi juga siap menjadi agen perubahan yang membawa manfaat bagi masyarakat,” tutupnya.
Diharapkan, pendekatan dakwah terpadu ini dapat membentuk generasi santri yang tangguh dan siap mengarungi tantangan zaman, sekaligus memperkuat peran pesantren dalam pembangunan karakter bangsa menuju Indonesia yang lebih maju. Humas