Malang, 17 Juni 2025 — Suasana penuh semangat dan optimisme menyelimuti Hotel Mercure Kota Malang pagi ini dalam gelaran kegiatan bertajuk “Unlocking The Power of Waqaf: Transformasi Aset Wakaf sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Berkelanjutan”. Kegiatan yang digagas oleh penyelenggara Zakat dan Wakaf dari Kota dan Kabupaten Malang ini menjadi momentum penting dalam upaya membumikan wakaf sebagai pilar utama pembangunan ekonomi umat.
Hadir dalam forum ini berbagai unsur strategis dari Pondok Pesantren se-Malang Raya, Pasuruan dan Probolinggo, perwakilan bank syariah, serta tokoh-tokoh nasional dalam bidang wakaf. Turut memberi sambutan dan materi Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Provinsi Jawa Timur Dr. Mista’in, M.Ag., Ketua Gerakan Wakaf Indonesia Ibu Susi Susiatin, SE, MM., serta akademisi Universitas Airlangga Prof. Raditya Sukmana.
Literasi Wakaf untuk Semua
Dalam sambutannya, Dr. Mista’in menegaskan pentingnya standarisasi tata kelola wakaf modern sebagai instrumen ekonomi umat yang berkelanjutan. “Momen ini sangat tepat untuk terus menyuarakan pentingnya literasi wakaf. Masyarakat harus benar-benar memahami bahwa wakaf bukan sekadar ibadah, tapi juga alat pengungkit ekonomi,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Ia mengajak seluruh peserta, khususnya dari kalangan pondok pesantren, untuk terus meningkatkan kapasitas pengelolaan aset wakaf agar bisa dikelola secara produktif dan profesional, sesuai prinsip syariah namun tetap relevan dengan konteks zaman.
Wakaf dan Kesejahteraan: Narasi Baru Pembangunan
Senada dengan hal tersebut, Ketua Gerakan Wakaf Indonesia, Ibu Susi Susiatin, menyampaikan bahwa dalam setiap aktivitas ekonomi umat, semangat wakaf harus selalu menjadi dasar pijakan. “Apapun usaha dan aktivitas kita, jangan lupa membicarakan tentang wakaf. Dengan wakaf, hidup menjadi lebih sejahtera. Dan apapun produk yang kita miliki, standar orientasinya harus tetap berlandaskan semangat wakaf,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya strategi pemasaran yang kreatif dalam penggalangan dana wakaf berbasis syariah. Menurutnya, keterlibatan sektor keuangan syariah serta inovasi digital menjadi kunci dalam menarik minat generasi muda untuk berkontribusi dalam gerakan wakaf nasional.
Pilar Ekonomi Syariah yang Terlupakan
Sementara itu, Prof. Raditya Sukmana dari Universitas Airlangga menekankan bahwa wakaf adalah pilar ekonomi syariah yang selama ini masih kurang dimaksimalkan. “Kalau kamu ingin mengembangkan negaramu, kembangkan wakaf!” ucapnya dengan lantang.
Ia memaparkan data dan studi yang menunjukkan bagaimana negara-negara dengan pengelolaan wakaf yang baik mampu mengurangi ketimpangan sosial secara signifikan. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi luar biasa dari sisi aset dan kultur wakaf yang tinggal menunggu diberdayakan secara serius.
Kolaborasi Lintas Wilayah dan Sektor
Penyelenggara zakat dan wakaf dari Kota dan Kabupaten Malang juga menegaskan komitmen untuk terus bersinergi dalam membangun ekosistem ekonomi berbasis wakaf. Zainal, selaku penyelenggara zakat wakaf Kota Malang, menuturkan, “Seandainya kita semua di negeri ini sadar akan pentingnya wakaf, tentu tidak akan ada ketimpangan ekonomi yang ekstrem. Wakaf adalah solusi jangka panjang.”
Imron dari Kementerian Agama Kabupaten Malang menambahkan bahwa membangun budaya wakaf harus dilakukan secara kolektif, mulai dari lembaga pendidikan, masjid, hingga institusi keuangan. “Kita tidak bisa hanya menggugurkan program. Harus ada gerakan bersama, membangun kesadaran umat, agar wakaf menjadi gaya hidup sosial yang berdampak,” ujarnya.
Harapan dan Langkah Ke Depan
Kegiatan ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang melibatkan peserta dari berbagai kalangan. Banyak dari mereka mengungkapkan bahwa acara ini membuka wawasan baru mengenai peran strategis wakaf dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, pesantren, akademisi, dan sektor keuangan syariah, harapan besar pun tumbuh agar aset-aset wakaf yang tersebar di berbagai daerah bisa menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi umat yang inklusif dan berkeadilan.
“Ini bukan sekadar seminar,” ujar salah satu peserta dari Pondok Pesantren di Probolinggo, “tapi awal dari gerakan kebangkitan ekonomi umat berbasis wakaf.”
(HUMAS Kemenag Kota Malang)