Malang, 10 Juli 2025 — Ada yang istimewa di RW 7 Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Setiap pagi, di gang-gang kecil yang tenang, terlihat para penyuluh agama Islam dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang menyapa hangat para lansia, membawa makanan hangat dengan senyum dan doa.
Inilah Sedaring singkatan dari Sehari Dua Piring sebuah program sederhana namun sarat makna, yang menjadi bentuk nyata kepedulian Kemenag Kota Malang terhadap para lansia yang kurang berdaya, baik secara ekonomi maupun sosial. Program ini menjadi salah satu bentuk kehadiran negara melalui Kemenag dalam menjawab tantangan sosial yang kerap luput dari perhatian.
Lansia: Usia Senja yang Butuh Sentuhan Cinta
Lansia adalah fase yang pasti akan dilalui setiap manusia. Kondisi fisik melemah, daya ingat menurun, semangat hidup pun sering kali meredup. Di lingkungan RW 7 Tanjungrejo, banyak lansia yang hidup dalam keterbatasan, baik secara ekonomi maupun dalam hal kebersamaan. Beberapa di antara mereka tinggal sendiri, jauh dari keluarga atau sanak saudara.
“Kami tak ingin para lansia ini merasa sendirian. Sedaring bukan hanya soal makanan, tapi juga soal perhatian dan kasih sayang. Dengan menyapa mereka tiap pagi, kami ingin membangkitkan semangat hidup mereka,” ujar Nur Cholisoh, S.Ag, ME salah satu penyuluh agama Islam yang aktif dalam program ini.
Saat ini, tinggal 10 lansia yang menjadi sasaran utama program Sedaring. Mereka tidak hanya menerima makanan, tetapi juga didampingi secara spiritual dan emosional oleh para penyuluh agama. Sapaan ramah, senyum tulus, dan doa bersama menjadi bagian penting dari kunjungan harian tersebut.
Sedekah yang Menyambung Asa
Namun perhatian Kemenag Kota Malang tidak berhenti pada lansia saja. Melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ), Kemenag juga turut mendorong pemberdayaan ekonomi umat. Salah satu penerima manfaat adalah Ibu Cholis, warga kampung binaan yang kini menjalankan usaha kecil warung sayur.
Sebelumnya, Ibu Cholis sempat mengalami kesulitan ekonomi hingga terjerat utang kepada rentenir. Usaha kecilnya nyaris gulung tikar. Namun dengan bantuan modal dari UPZ Kemenag, perlahan usahanya bangkit kembali. Kini, warungnya mulai ramai pembeli dan menjadi sumber penghidupan utama keluarganya.
“Dengan usaha yang halal dan jujur, serta tidak lupa berbagi kepada sesama, insyaAllah rezeki akan datang membawa berkah. Yang penting yakin, sabar, dan terus berusaha,” pesan motivasi yang disampaikan Nur Cholisoh kepada Ibu Cholis dan para pelaku usaha lainnya.
Dakwah Sosial yang Membumi
Program seperti Sedaring ini menunjukkan bahwa dakwah tidak selalu harus dilakukan di atas mimbar. Menyentuh hati masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan, justru bisa menjadi bentuk dakwah paling membumi dan menyentuh.
Kepala Kantor Kemenag Kota Malang, Achmad Shampton, S.HI, M.Ag, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif para penyuluh agama. “Penyuluh adalah ujung tombak kami di tengah masyarakat. Program seperti ini harus terus kita dorong agar kehadiran Kementerian Agama benar-benar dirasakan masyarakat, khususnya kelompok rentan seperti lansia dan pelaku usaha kecil.”
Harapan dan Langkah Ke Depan
Program Sedaring bukan hanya tentang dua piring makanan. Ia adalah simbol dari kepedulian, kebersamaan, dan semangat untuk saling menguatkan. Dalam keterbatasan, masih banyak cara untuk menunjukkan cinta, dan Kemenag Kota Malang telah membuktikan bahwa aksi kecil bisa membawa dampak besar.
Ke depan, program ini direncanakan untuk diperluas ke beberapa wilayah binaan baru lainnya, dengan melibatkan lebih banyak relawan, masyarakat, dan mitra strategis. Harapannya, tidak ada lagi lansia yang merasa kesepian atau pelaku usaha kecil yang kehilangan harapan.
Dengan kolaborasi yang tulus dan semangat melayani, Kementerian Agama Kota Malang terus melangkah, menyentuh hati, dan menguatkan umat dari pintu ke pintu, dari hati ke hati.
(HUMAS Kemenag Kota Malang)