Oleh: Sukirman, S.Ag., M.Pd
(Kasi PD Pontren Kemenag Kota Malang)
Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi digital tidak dapat dielakkan. Seluruh sektor kehidupan semakin bergantung pada teknologi informasi, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga agama. Santri, sebagai generasi penerus bangsa yang dibekali dengan nilai-nilai keagamaan, kini dituntut untuk memiliki keterampilan yang lebih luas, termasuk keterampilan dalam dunia digital. "Santri tangguh" bukan lagi hanya mereka yang mampu menghafal dan memahami kitab kuning, tetapi juga mereka yang dapat menghadapi tantangan zaman dengan memanfaatkan teknologi digital secara positif.
Konsep METAL, yang merupakan singkatan dari "Melek Digital", menjadi sebuah paradigma baru dalam upaya mencetak santri yang siap menghadapi tantangan masa depan. Seorang santri tangguh adalah sosok yang tidak hanya cerdas secara spiritual, tetapi juga melek teknologi. METAL adalah pilar penting yang memungkinkan santri mengintegrasikan pengetahuan agama dengan perkembangan teknologi modern untuk menghadapi era yang serba digital ini.
Transformasi Peran Santri di Era Digital
Dahulu, seorang santri identik dengan dunia pesantren yang sederhana dan jauh dari gemerlap teknologi. Pesantren lebih dikenal sebagai lembaga yang fokus pada pendidikan agama tradisional. Namun, seiring perkembangan zaman, peran pesantren dan santri semakin berkembang. Pesantren mulai mengadopsi teknologi dalam sistem pendidikannya, menjadikan santri bukan hanya pakar dalam bidang keagamaan, tetapi juga berdaya saing dalam dunia modern.
Keterlibatan santri dalam dunia digital membuka peluang baru bagi mereka untuk berkontribusi lebih luas kepada masyarakat. Kini, seorang santri yang melek digital dapat berperan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan online, pengembangan aplikasi Islami, dakwah digital, dan bahkan menjadi penggerak ekonomi digital berbasis syariah. Santri yang tangguh tidak hanya mampu menjaga akhlak dan nilai-nilai agama dalam kehidupannya, tetapi juga adaptif dalam memanfaatkan teknologi untuk kebaikan umat.
Contoh konkret dari penerapan METAL dalam kehidupan santri adalah berkembangnya aplikasi berbasis digital yang memudahkan umat dalam beribadah, seperti pengingat waktu salat, aplikasi Al-Qur'an digital, hingga platform dakwah berbasis media sosial. Santri yang melek digital dapat menjadi motor penggerak dalam menciptakan inovasi-inovasi ini, sekaligus menjaga nilai-nilai keislaman tetap relevan di tengah kemajuan teknologi.
Tantangan dan Peluang Santri di Era Digital
Meskipun digitalisasi membawa banyak manfaat, santri juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah derasnya arus informasi yang tidak selalu valid dan bisa menyesatkan. Di sinilah pentingnya literasi digital bagi santri, agar mereka mampu menyaring informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Seorang santri tangguh harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memilah mana konten yang bermanfaat dan mana yang dapat merusak akhlak.
Selain itu, tantangan lainnya adalah ancaman terhadap nilai-nilai keagamaan dan moralitas yang sering kali tergeser oleh konten-konten negatif di dunia maya. Santri yang melek digital diharapkan tidak hanya mampu menjaga dirinya dari pengaruh negatif, tetapi juga menjadi agen perubahan yang menyebarkan kebaikan melalui platform digital. Dakwah digital adalah salah satu contoh bagaimana santri dapat memanfaatkan teknologi untuk berdakwah dengan cara yang lebih luas dan efektif.
Di sisi lain, era digital juga membuka peluang besar bagi santri untuk berkiprah secara global. Dengan teknologi, santri dapat memperkenalkan ajaran Islam yang moderat, damai, dan toleran kepada dunia. Selain itu, santri juga dapat mengembangkan usaha berbasis digital, seperti bisnis online yang berlandaskan prinsip syariah. Dalam hal ini, METAL menjadi kunci bagi santri untuk tetap relevan dan mampu bersaing dalam dunia yang semakin terhubung secara digital.
Membangun Keterampilan Digital di Pesantren
Untuk mewujudkan santri yang tangguh dan melek digital, pesantren perlu bertransformasi. Modernisasi sistem pendidikan di pesantren, tanpa menghilangkan nilai-nilai keislaman yang menjadi pondasinya, adalah langkah penting yang harus dilakukan. Pesantren harus mulai memasukkan pendidikan teknologi dan literasi digital dalam kurikulumnya, agar santri siap menghadapi tantangan dunia kerja dan kehidupan sosial yang serba digital.
Pelatihan keterampilan digital seperti pemrograman, desain grafis, pengelolaan media sosial, dan keamanan digital adalah beberapa hal yang dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan pesantren. Selain itu, pesantren juga dapat menjalin kerjasama dengan pihak luar, seperti lembaga teknologi atau perusahaan start-up, untuk memberikan pelatihan kepada santri mengenai cara memanfaatkan teknologi secara produktif dan sesuai dengan nilai-nilai agama.
Kementerian Agama Kota Malang melalui Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren menyelenggarakan Workshop “Sosialisasi Santri Preneurship” yang mana bermaksud untuk memberi bekal bagi para Santri Se Kota Malang untuk bisa bersaing di dunia digital dan yang lebih penting lagi adalah agar para Santri bisa mandiri tidak bergantung pada Lembaga atau instansi lain.
Santri Preneurship adalah program yang dirancang untuk mendorong dan membekali santri dengan keterampilan kewirausahaan. Fokus dari program ini adalah untuk membantu santri, yang biasanya berfokus pada pendidikan agama Islam, agar memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang ekonomi dan bisnis. Dengan demikian, mereka bisa menjadi mandiri secara ekonomi sambil tetap memegang teguh nilai-nilai agama yang diajarkan di pesantren.
Berikut adalah beberapa hal yang menarik dari program Santri Preneurship ini:
Pertama, Pemberdayaan Ekonomi: Program ini memberikan kesempatan kepada santri untuk tidak hanya bergantung pada pendidikan agama, tetapi juga terjun langsung ke dunia bisnis. Mereka diajari cara mengelola usaha, memulai bisnis, dan mengembangkannya sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Kedua, Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Bisnis: Santri Preneurship diajari bagaimana mengelola bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan etika bisnis yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini membuat program ini menarik karena menggabungkan antara ekonomi modern dan nilai-nilai Islam.
Ketiga, Pembekalan Keterampilan Praktis: Selain pengetahuan teoretis, program ini sering kali menyediakan pelatihan keterampilan praktis seperti digital marketing, manajemen keuangan, strategi pemasaran, hingga cara memanfaatkan teknologi untuk bisnis. Ini membuat santri lebih siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
Keempat, Pengembangan Karakter dan Kemandirian: Santri yang mengikuti program ini juga diarahkan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan visi pesantren yang ingin mencetak generasi yang tidak hanya memiliki ilmu agama yang mendalam, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia modern dengan mentalitas wirausaha.
Kelima, Peluang Jaringan dan Dukungan: Beberapa program Santri Preneurship menyediakan jaringan atau koneksi dengan pelaku bisnis yang lebih luas, termasuk dukungan dari pemerintah atau lembaga keuangan syariah. Ini memberikan peluang lebih besar bagi santri untuk mengembangkan usaha mereka.
Secara keseluruhan, program Santri Preneurship menarik karena memberikan alternatif pengembangan karier yang sesuai dengan latar belakang religius, namun tetap relevan dengan kebutuhan ekonomi di era modern. Santri bisa menjadi penggerak ekonomi lokal maupun nasional dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam.Langkah-langkah ini dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang seimbang antara ilmu agama dan keterampilan duniawi, yang pada akhirnya mencetak santri yang mampu berdakwah di dunia digital, berwirausaha secara online, dan menjadi agen perubahan yang berperan aktif dalam pembangunan masyarakat yang lebih luas.
Santri tangguh di era digital adalah mereka yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan keterampilan digital. Konsep METAL (Melek Digital) bukan hanya sebuah jargon, melainkan kebutuhan yang mendesak dalam menghadapi tantangan masa depan. Santri yang melek digital dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat, baik melalui dakwah digital, pengembangan teknologi Islami, maupun kontribusi dalam sektor ekonomi digital syariah.
Dengan METAL, santri tidak hanya menjaga warisan keilmuan agama, tetapi juga mampu memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan kebaikan dan berkontribusi secara positif dalam dunia yang semakin terhubung. Masa depan berada di tangan mereka yang tidak hanya cerdas secara spiritual, tetapi juga adaptif terhadap perubahan zaman. Santri tangguh yang melek digital akan menjadi garda terdepan dalam mewujudkan masyarakat yang religius, modern, dan berdaya saing tinggi di tengah revolusi industri 4.0 dan era digitalisasi global.(skm)