Salah satu kompetensi unggulan yang diharapkan dimiliki guru adalah kemampuan dalam bidang menulis, baik itu tulisan berupa karya ilmiah, fiksi ataupun nonfiksi. Melalui kegiatan menulis guru menjadi lebih produktif dan ekspresif, karena mampu menuangkan ide dan gagasan melalui sebuah tulisan. Hal tersebut telah ditunjukan oleh salah satu guru sekaligus mudir bersama asatidz dan santri Ma’had Darul Hikmah MAN 1 Kota Malang dengan terbitnya Buku “Santri itu Keren”
Buku tentang santri yang ditulis oleh Syarifuddin bersama asatidz dan santri Ma’had Darul Hikmah MAN 1 Kota Malang ini digagas sejak akhir bulan Januari tahun lalu dan ditulis sejak awal Januari tahun ini. Syarifuddin adalah guru Bahasa Arab MAN 1 Kota Malang sekaligus diamanahi menjadi mudir Ma’had Darul Hikmah MAN 1 Kota Malang. Ia adalah santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang dan Pondok Pesantren Miftahul Huda (Pondok Gading) Malang. Ia adalah lulusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Universitas Negeri Malang (UM), PBA UIN Malang, dan Teaching English to Speakers of Other languages (TESOL) and Foreign Language Teaching (FLT) University of Canberra Australia. Selain mengajar di MAN 1 Kota Malang, ia juga mengajar di Pondok Gading Malang. Ia pernah beberapa kali mendapat beasiswa, baik beasiswa dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain mengajar, ia juga sudah menulis beberapa buku.
Awalnya buku “Santri itu Keren: Berbudi, Mandiri, Percaya Diri dan Berprestasi” direncanakan ditulis hanya untuk memperingati dan menyemarakkan Milad Ma’had Darul Hikmah (MDH) MAN 1 Kota Malang. Tapi, atas saran dari beberapa penulis, sebaiknya buku ini bisa lebih bersifat umum, tidak eksklusif hanya untuk kalangan MDH saja, sehingga bisa dibaca atau dikonsumsi oleh khalayak umum, yang itu berarti akan lebih bermanfaat.
Semula judul buku ini adalah Santri itu Keren: Bangga Menjadi Santri, tapi dalam proses penyuntingan diubah menjadi Santri itu Keren: Berbudi, Mandiri, Percaya Diri dan Berprestasi karena santri adalah sosok, yang pertama, yang berbudi karena memang dari awal mondok sudah diajari akhlakul karimah. Baik teori, melalui ngaji kitab Ta’lim al-Muta’allim, Adab al- ‘Alim wa al-Muta’allim, Akhlaq an-Nubuwwah, dan lain-lain, maupun praktek langsung di pesantren ketika berinteraksi dengan kiai, ustaz/ah, pengurus dan sesama santri.
Buku ini menceritakan tentang siapa sebenarnya santri dan apa saja yang mereka lakukan selama di pondok pesantren atau ma’had. Buku ini memuat tentang lika-liku dan suka-duka mereka; bagaimana mereka mencoba “bertahan” ketika homesick, beradaptasi dengan lingkungan yang benar-benar baru, bersosialisasi dengan teman-teman dengan latar belakang yang berbeda, mengatur waktu dengan kegiatan-kegiatan yang sangat padat, mempelajari hal-hal yang benar-benar baru seperti belajar membaca dan menulis pegon sebagai modal untuk belajar maknani kitab kuning, dikejar-kejar setoran hafalan, mengatasi demam panggung dalam kegiatan muhadharah, “menikmati” dan mengambil hikmah takzir, melatih diri untuk mengejar mimpi, dan lain-lain.
Buku ini tidak hanya cocok dibaca oleh santri –yang membuat mereka semakin bangga menjadi santri- tapi juga untuk khalayak umum, khususnya orang tua dan “calon” santri yang masih ragu-ragu atas eksistensi santri. Buku ini akan menunjukkan para pembaca bahwa santri itu memang keren.