PROFIL AREA AKUNTABILITAS PAK MUGHNI: RELA NGAMEN DEMI AKUNTABILITAS

Ada yang menarik dari Kementerian Agama Kota Malang. Namanya unik: NGAMEN. Bukan ngamen di jalanan dengan gitar, bukan pula menadahkan tangan. Tapi singkatan dari Ngaji Manajemen. Sebuah upaya melatih kepala madrasah agar pandai mengelola lembaga pendidikan.

Saya tersenyum waktu pertama kali mendengar nama itu. Seolah para birokrat Kemenag sedang ingin “menyentil” dirinya sendiri: bahwa bekerja di pemerintahan itu jangan kaku, jangan terlalu formal, jangan terpaku pada aturan yang hanya jadi teks. Harus kreatif. Bahkan kalau perlu, dibungkus dengan nama yang sedikit nakal, sedikit nyeleneh, tapi membuat orang penasaran.

Lalu, apa hubungannya dengan akuntabilitas dalam Zona Integritas?

Banyak. Karena akuntabilitas itu intinya sederhana: bisa dipertanggungjawabkan. Sama seperti ngamen di jalanan: orang hanya akan mau memberi uang kalau lagu yang dibawakan enak, jujur, dan tulus. Begitu juga dengan birokrasi. Masyarakat baru percaya kalau melihat pelayanan kita bersih, rapi, bisa diukur, dan tidak ada nada sumbang di dalamnya.

“Ngamen” di Kemenag Kota Malang ini jadi cara belajar akuntabilitas yang cukup membumi. Kepala madrasah diajak membaca diri dan lembaganya seperti musisi membaca partitur. Ada harmoni, ada ritme, ada timing. Tidak boleh ada fals. Karena satu nada yang meleset bisa merusak keindahan sebuah orkestra. Begitu pula satu penyimpangan dalam manajemen bisa merusak kepercayaan publik.

Akuntabilitas menciptakan transparansi, membuka ruang dialog, dan membangun kepercayaan di antara masyarakat. Ketika setiap tindakan dan keputusan dapat dipertanggungjawabkan, masyarakat akan lebih yakin bahwa mereka memiliki suara dan peran dalam proses pembangunan. Dengan demikian, akuntabilitas adalah jembatan yang menghubungkan pemerintah dan rakyat, menjadikan mereka mitra dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Akuntabilitas adalah janji yang kita buat kepada diri sendiri dan masyarakat. Ia mengikat kita dalam sebuah ikatan yang kuat, di mana setiap tindakan dan keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks ini, bukan hanya para pemimpin yang harus menunjukkan integritas, tetapi setiap elemen masyarakat juga harus berpartisipasi.

Dengan akuntabilitas, kita menanamkan benih kepercayaan di tengah-tengah masyarakat. Ketika setiap orang tahu bahwa mereka dapat meminta pertanggungjawaban, semangat kolektif untuk menjaga zona integritas ini akan tumbuh subur. Sebuah masyarakat yang berani bersuara dan mengawasi bersama adalah masyarakat yang takkan mudah tergoyahkan oleh tipu daya korupsi

Zona Integritas itu memang berat. Tapi NGAMEN membuktikan bahwa membangun akuntabilitas tidak harus dengan seminar panjang dan laporan tebal. Bisa lewat cara yang sederhana, menyenangkan, bahkan “nyanyi-nyanyi.” Yang penting pesannya sampai: bahwa semua kepala madrasah, semua ASN, harus bisa mempertanggungjawabkan setiap rupiah, setiap keputusan, setiap pelayanan.

Itulah seni akuntabilitas. Dan seni, seperti musik, memang lebih mudah masuk ke hati. (febri_ants)

Muhammad Nur Hidayah

Penulis yang bernama Muhammad Nur Hidayah ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pranata Humas dan Agen Perubahan Kemenag Kt Malang.