Pilar Penanda Agama Islam Sebagai Agama Ilmu Pengetahuan

Catatan Perjalanan Haji Achmad Shampton Masduqi

Siapa yang tidak mengenal Sayyidah Aisyah? Sosok isteri Rasulullah yang diperdebatkan sepanjang masa apakah memang benar dinikahi oleh Rasulullah saat masih kecil ataukah sudah beranjak dewasa. Dalam buku Lentera yang disusun tim Pesantren Lirboyo, dengan berbagai argumentasi dan teks yang didapat, Sayyidah Aisyah disebut dinikahi Rasulullah pada umur 18 tahun.

Namun artikel ini tidak sedang menulis tentang perdebatan ini. Namun hal menarik yang pernah disampaikan oleh Allahu Yarhamuh KH. Maimoen Zubair bahwa Nabi tidak menikahi seseorang karena nafsu syahwat. Setiap pernikahan yang dilakukan Rasulullah selalu mempunyai tujuan dakwah tertentu yang bermanfaat bagi perkembangan Islam sebagai agama ilmu pengetahuan. Salah satu yang disepakati oleh para ulama dari pernikahan Nabi dan Sayyidah Aisyah adalah keberadaan Sayyidah Aisyah sebagai perawi dikalangan perempuan yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Keberadaan Sayyidah Aisyah sebagai isteri Nabi menjadikan Sayyidah Aisyah sosok perantara terpenting yang dapat menjelaskan uswah Rasulullah yang tidak diketahui oleh orang lain. Bahkan Dr. Du’a Mazin menulis al-Qawaid al- Usuliyah al-Mustanbathah min Fiqhi Sayyidati Aisyah yang menggali warisan intelektual dari Sayyidah Aisyah. Dalam buku tersebut, Du’a memaparkan kecerdasan intelektual Sayyidah Aisyah yang menjadikannya leluasa menggali ilmu secara langsung dari sumber permata ilmu Rasulullah.

Nama Sayyidah Aisyah juga terpatri di salah satu pilar yang berdiri kokoh di Raudloh, pertamanan surga yang ada di Masjid Nabawi. Meski dalam satu riwayat Rasulullah selalu memuji Sayyidah Khadijah dan menyatakan keberadaan beliau tidak tergantikan, Namun Sayyidah Aisyah mempunyai peran tersendiri bagi dakwah Islam. Nama Sayyidah Aisyah terpatri sebagai salah satu nama pilar karena dikaitkan dengan sabda Nabi Muhammad SAW :"Ada tempat yang sangat penting di dalam Masjid Nabawi yang mulia, jika seseorang mengetahuinya, mereka akan mengadakan undian untuk mendapatkan kesempatan agar bisa salat di sana" yang kemudian diketahui bahwa yang dimaksud dari tempat itu adalah tempat yang sekarang diabadikan pada pilar Aisyah itu.

Awalnya Sayyidah Aisyah tidak menjelaskan secara khusus dimana tempat yang dimaksud Rasulullah secara terang-terangan. Namun belakangan para sahabat memperhatikan bahwa Abdullah bin Zubair RA selalu melakukan salat dekat tiang Aisyah ini. Sejak itu, para sahabat yakin bahwa Aisyah RA telah memberitahukan tempat tersebut secara rahasia kepada keponakannya. Ditempat itu dinamakan dan dikenali sebagai Tiang Aisyah. Tempat dimana Rasulullah sering bertahajud dan shalat.

Disisi lain tiang Aisyah ini menjadi sebuah monumen yang menjelaskan peran seorang perempuan cerdas yang membantu Nabi dalam berdakwah. Sayyidah Aisyah menjadi perantara para sahabat perempuan yang ingin bertanya kepada Rasulullah tentang banyak hal berkaitan dengan ajaran islam. Sayyidah Aisyah banyak meluruskan pandangan orang tentang perempuan. Sayyidah Aisyah RA memiliki peran penting dalam mendidik generasi muda umat Islam dengan mendirikan majelis ilmu bagi kaum Muslimah.

Pilar Aisyah tidak boleh sekedar diartikan sebagai pilar penanda tempat shalat Nabi. Lebih dari itu pilar Aisyah menginformasikan kepada semua umat Islam bahwa ia adalah pilar penanda peran perempuan dalam pengembangan Islam. Karena Islam adalah agama Ilmu pengetahuan dan satu-satunya warisan Nabi adalah majlis ilmu.

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.