"Agama adalah sumber inspirasi dan bersifat inklusif. Inklusif berarti orang meyakini ajaran agamanya. Meyakini bahwa kebenaran Tuhan itu ada di dalam kelompoknya, tetapi ada ruang-ruang hidup bersama dengan yang berbeda keyakinan dengannya, dan keyakinan tersebut karena Allah menciptakan semua manusia. Dalam porsi ini penyuluh harus menjadi yang terdepan menjelaskan hal ini, karena kita tidak mungkin hidup tanpa kemajemukan dan perbedaan. Perbedaan ini sunnatuLLah, melawan kemajemukan berarti melawan sunnatuLLah." tegas Dr. Muhtar Hazawawi M.Ag Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang saat membuka Penguatan Moderasi Beragama Bagi Penyuluh Agama Islam di Hotel Grand Mercure, (21/5).
Penguatan Moderasi Beragama Bagi Penyuluh Agama Islam yang diselenggarakan oleh Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Malang ini merupakan program nasional guna internalisasi moderasi beragama di kalangan masyarakat. "Moderasi Beragama merupakan salah satu dari tujuh program prioritas menteri agama pada tahun 2022 ini. Setidaknya ada dua hal program prioritas Menteri agama yang sangat erat kaitannya dengan masalah keutuhan kita dalam berbangsa dan bernegara, diantaranya penguatan moderasi beragama yang sekarang ini dilakukan penguatan dan sebagai tahun toleransi. Lima program lainnya adalah program-program yang linier dan sudah ada lembaga atau unit kerja yang menangani baik terkait dengan kemandirian pesantren dan revitalisasi KUA dan seterusnya." lanjut Muhtar
Moderasi beragama dan tahun toleransi ini secara khusus diberikan penguatan-penguatan karena kedua program ini mempunyai tantangan yang sangat luar biasa. “Penyuluh adalah representasi kehadiran kementerian agama, kehadiran pemerintah ditengah-tengah masyarakat karena penyuluh agama harus bersikap sebagai orang pemerintah, ciri dari orang pemerintah itu apabila menghadapi suatu perbedaan berada dikelompok yang tidak sama maka sikap yang dikedepankan adalah moderat dan upaya memahami perbedaan sebagai sesuatu yang harus terjadi" Ujarnya
Giat pembinaan penguatan moderasi beragama bagi para penyuluh agama Islam kali ini menghadirkan Jamilah, PhD dosen UIN Maliki dan Dr. Abdullah Hamid M.Ag dosen UINSA Surabaya. "Moderasi beragama bukan upaya merubah agama, karena agama Islam telah sempurna.Tetapi moderasi beragama adalah bagaimana seseorang bersikap dan berprilaku yang moderat, toleran, dan menghargai perbedaan. Serta mengutamakan kemaslahatan," tutur Jamilah.
Sementara itu Dr. Abdullah Hamid menyampaikan Iceberg Analysis and U Theory. Dengan konsep ini, seseorang akan melihat bahwa sebuah kejadian (event) mungkin saja tidak berdiri sendiri. Berbeda dengan pendekatan reductionsim (yakni: breakdown masalah besar, cari solusinya satu-satu); mencoba melihat permasalah secara holistik, kait mengkait dan memerlukan trade-off. Dengan konsep ini seseorang tidak mudah menghukumi segala sesuatu dengan serampangan dan berat sebelah.