Dalam rangka Hari Santri 2022, Kemenag Kota Malang menggandeng Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, RMI NU untuk menggelar sarasehan bertajuk "Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Menjadi Mandiri dan Bermutu Menghadapi Era Society 5.0" dengan menghadirkan 80 orang perwakilan pondok pesantren (ponpes) di Kota Malang, Selasa (18/10) di Ruang Mahoni Hotel Savana.
Kegiatan sarasehan dengan mengumpulkan 80 orang perwakilan ponpes di Kota Malang yang merupakan serangkaian jadwal peringatan Hari Santri 2022 ini untuk memberi wacana baru bagi pengelola pesantren serta memberikan pemahaman, pengetahuan serta motivasi agar dapat terus berkembang secara mandiri dalam menghadapi era society 5.0.
"Pesantren memang sejak dulu sudah mandiri, dan acara ini ditujukan agar kemandirian pesantren tetap terjaga. Karena dunia berubah setiap saat, karenanya harus ada strategi dan antisipasi" ungkap Muhlis, Kasi PD Pontren.
Menurutnya, salah satu bentuk kemandirian yang ke depan harus terus dikembangkan oleh ponpes di Kota Malang yakni pada sisi perekonomian berupa aktivitas wirausaha dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki.
Sementara itu Kabag Kesra Pemerintah Kota Malang dalam sambutan panitianya menegaskan "Karena memang ruang kerja yang diciptakan oleh pemerintah kab/kota tidak begitu banyak. Harapannya dari pesantren muncul pelaku-pelaku usaha yang sukses dengan adanya pembekalan, pembinaan serta penambahan wawasan dalam giat seperti ini."
Bertindak sebagai pemateri Prof. Muhammad Bisri, MT pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh yang sukses merubah pesantrennya dari yang kumuh dan tidak berprestasi menjadi sangat modern dan mempunyai badan usaha yang bagus dan banyak melahirkan santri-santri berprestasi.
Prof Bisri, panggilan akrabnya menyampaikan bahwa dalam mengelola pondok pesantren harus dilandasi dengan Ilmu. "Jika mengharapkan pondoknya menjadi mandiri dan bermutu, harus dilandasi ilmu. Hal itu sesuai dengan hadits Rasulullah yaitu barang siapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat, maka hendaknya dia berilmu," terang Rektor Universitas Brawijaya 2014-2018 tersebut.
Menurut penjelasan Prof Bisri, jika seseorang mengharapkan kesuksesan di dunia, maka harus dilandasi dengan ilmu. Begitu pula dalam meraih kebahagiaan akhirat, maka harus diraih dengan ilmu. "Apabila ingin mendapatkan keduanya, maka raihlah dengan ilmu," terangnya. Menurutnya, bentuk konkrit dari ilmu jika diaplikasikan dalam pengelolaan pesantren, maka ilmu yang harus dikuasi adalah manajemen. "Ada tiga pilar yang harus diterapkan pesantren agar menjadi bermutu dan mandiri, yaitu sehat, bermutu dan bereputasi," tambahnya.
Sementara itu Walikota Malang dalam sambutan pembukanya menegaskan tentang pentingnya upaya mengemas dogma agama dengan penjelasan, instrumen dan implementasi yang mudah dan menyenangkan bagi masyarakat, sehingga agama dijalankan dengan rasa senang dan cinta Allah bukan rasa takut dan penuh beban dihadapan Allah.