Makkah Madinah Tempat Pertemuan antar Bangsa dan Budaya

Catatan perjalanan haji Achmad Shampton Masduqi

Saat visitasi dan edukasi di Sektor 2 Madinah, salah seorang petugas kloter menyampaikan keluhan seorang jamaah yang juga anggota DPRD tentang perilaku orang asia Selatan yang kebetulan se hotel dengan jamaah Indonesia yang suka mengusir jamaah Indonesia di lift saat menguasai lift. Tetapi saat jamaah Indonesia yang menguasai lift mereka suka memaksa menerobos masuk lift. Selalu ingin menang-menangan. Perilaku mereka yang tidak biasa di Indonesia yang sering kita lihat adalah kegemaran mereka untuk meloncati shaf jamaah atau nrombol minta diberi ruang ke jamaah Indonesia meski tahu tempatnya sudah penuh.

Senin 8 Juli 2024, saat pulang menghantar saya berkunjung ke Mushalla Rasulullah di Uhud, Pak Safiq mencarikan mushalla atau masjid untuk menjalankan shalat ashar. Tapi rata-rata masjid sudah mulai ditutup dan dikunci. Ia menceritakan bahwa masjid-masjid rata-rata ditutup karena kalau tidak ditutup akan digunakan istirahat oleh jamaah dari asia Selatan itu. “Kalau masjid-masjid pada dibuka, orang-orang asia Selatan itu tidak nyewa hotel tapi akan memenuhi masjid” Tukas Pak Safiq. Dijalan-jalan mereka juga sering menyeberang tanpa tengok kanan kiri hingga membuat sopir-sopir kelabakan.

Melihat perilaku ini, saya teringat kawan saya Wan Ji Wan Husein dari Malaysia yang alumni Perguruan Deobandi Pakistan. Saya bertanya tentang akhlak perilaku rata-rata mereka seperti apa. Ketika saya tanya kenapa mereka rata-rata egois karena rata2 bila di masjidil haram atau nabawi suka maksa masuk barisan, meloncati shaf dan lain-lain. Wan Ji menjawab itu bukan karena egois tetapi sudah menjadi kebiasaan mereka. Meski ada larangan keras Rasulullah untuk meloncati pundak sesama muslim untuk melewati shaf, kebiasaan membuat mereka tidak mampu menjaga larangan Rasulullah. Kehidupan mereka yang sangat keras dalam keseharian membuat mereka tidak mampu santun apalagi bila diukur dengan sopan santun ala Indonesia. Jauh sekali.

Wan Ji bercerita bahwa rata-rata orang-orang Asia Selatan yang mempunyai akhlak dan sopan santun adalah orang-orang terpelajar dari kalangan Deobandi dan Sebagian kelompok sufi yang tergabung di Jamaah TAbligh.

Idntimes.com dengan judul "10 Culture Shock Liburan di Pakistan di Mata Wisatawan", menulis: “Beberapa wisatawan yang pernah berlibur di Pakistan pertama kalinya sering dibuat kaget dengan watak orang Pakistan yang keras dan tidak suka mengalah, terutama saat suasana sedang ramai dan seharusnya mengantre. Tak jarang, mereka akan mendorong orang di depannya, menyerobot antrean, melewati garis, hingga berteriak.

Wajah-wajah tak ramah tersebut juga sering tampak saat di bandara atau pusat transportasi. Banyak petugas porter yang menawarkan bantuan dengan memaksa, mengejar-ngejar, hingga berebut dengan sesama porter. Setelah menggunakan jasa dan memberinya uang, tak jarang mereka akan melengos pergi begitu saja.

Artikel Idntimes ini menjadi sebuah penguat, kebiasaan orang-orang asia Selatan umumnya yang kadang sering membuat tidak nyaman jamaah haji Indonesia. Suka menyerobot shaf, sibuk dengan dirinya sendiri tanpa peduli orang sekitar. Tapi inilah budaya mereka, mungkin disana tidak ada manasik haji berulang-ulang seperti di Indonesia. Tidak semua mereka memahami bagaimana beragama seharusnya. Meski banyak diantara mereka bersurban, belum tentu hal itu menunjukkan tingkat pemahaman agama mereka tentang Islam. Beda banget dengan bangs akita, biasanya yang bersurban adalah kalangan ulama. Sehingga mungkin saja tampilan mereka yang bahasanya mirip dengan arab, membuat keder jamaah haji Indonesia yang berperawakan besar dan bersorban. Seperti penampilan ulama di Indonesia Inilah kelebihan ibadah Haji, di Makkah Madinah kita belajar banyak budaya orang Islam dibelahan bumi lain. Tidak sesama bangsa melayu saja. Ya ayyuhan Naasu Inna khalaqnaakum min dzakarin wa untsa wajaalnaakum shu-uban waqabaa-ila lita-arafu. Wallahu a”lam.

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.