Di sekitaran Masjidil Haram, selain orang Arab, Turki, Afrika dan orang dari Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh), kita bakal banyak menjumpai orang Indonesia. Para askar, petugas kebersihan, maupun pedagang juga menguasai beberapa kosakata bahasa kita. Saya membayangkan, satu-dua abad silam, kondisinya juga tidak jauh beda. Komunitas Jawi (orang Nusantara) punya segmentasi tersendiri dalam pergaulan internasional di kawasan Makkah. Jangan heran jika Belanda meminta Snouck Hurgronje pada 1884-1885 mendatangi dan memata-matai Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani (1815-1897), salah satu simpul terpenting jejaring Ulama Nusantara. Sebab, ulama yang produktif berkarya ini menjadi guru, bukan hanya bagi orang Nusantara saja, melainkan bagi bangsa lain.
Sejak era Syekh Abdurrauf Assingkili (1615-1693), hingga zaman Syekh Yasin bin Isa al-Fadani (1915-1990), bahasa Melayu dan Indonesia juga digunakan sebagai pilihan berkomunikasi, baik dalam soal ekonomi maupun ideologi. Solidaritas dan identitas kultural sesama warga Nusantara juga menguat, termasuk pada saat melakukan pembelaan secara ilmiah atas hoaks yang beredar bahwa: “orang Nusantara gemar makan ular!”
Di awal abad XX, komunitas orang Nusantara memang dirisak karena makan belut. Orang Arab menganggap binatang ini sebagai ular. Maka, ramailah gosip jika kaum muslimin Nusantara suka melahap ular, binatang yang haram dikonsumsi. Karena hoaks ini semakin liar, maka Syekh Raden Mukhtar bin Atharid al-Bughury tampil mengklarifikasinya dengan menulis sebuah kitab. Tidak tebal, tapi cukup memberikan pemahaman mengenai seluk beluk belut dan hukum memakannya, berdasarkan keterangan ulama di kitab-kitab lawas. Kitab ini diberi judul As-Shawaiq al-Muhriqah li al-Awham Al-Kadzibah fi Bayani hilli al-Belut wa ar-Raddu 'ala Man Harramahu. Kitab yang berarti “Halilintar yang Membakar Prasangka Dusta; Kitab yang Menerangkan Kehalalan Belut dan Bantahan Terhadap Pihak yang Mengharamkannya” ini diselesaikan pada tahun 1329 H/1911 M.
Paparan ini dijelaskan oleh Gus Rijal Mumazziq Zionis,MHI Rektor Institut Agama Islam Al-Falah Assuniyah Kencong Jember pada Sarasehan Merawat Indonesia, Meneladani Mahakarya Ulama Nusantara Yang Mendunia dalam rangka memperingati Hari Santri di Hotel Sahid Montana, Jumat, 22 Oktober 2021. "perhatikan hal-hal kecil era jaman dulu, bisa menjadikan para ulama-ulama kita menyusun sebuah karya ilmiyah." tegas Gus Rijal.
Giat yang diinisiasi oleh Kemenag Kota Malang dan Bagian Kesra Pemerintah Kota Malang ini juga dihadiri oleh walikota dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang. Dalam sambutannya, walikota menyatakan bahwa pemerintah Kota Malang berkomitmen untuk mendukung dan membantu pesantren dalam sektor UMKM. Sutiaji meminta kepada Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) dan Dinas Koperasi dan Perdagangan (Diskopindag) untuk bisa membantu dan mendampingi para santri.
"Bagaimana penguatan ekonomi ini kita akan kolaborasikan. Santri memang awalnya (dipandang sebelah mata), saya masih ingat kakak saya ingin daftar lurah itu susah kenapa? Karena kiainya bilang, kamu jangan jadi pegawai negeri," ujar Sutiaji.
Dalam sarasehan yang juga dibarengkan dengan launching koleksi kitab kuning Perpustakaan Umum Kota Malang ini, Sutiaji mengungkapkan, pihaknya akan terus mensupport para santri, salah satunya Pemerintah telah melengkapi perpustakaan umum dengan kitab kuning. Perpustakaaan Umum Kota Malang dengan koleksi kitab kuning ini merupakan satu-satunya perpustakaan umum tingkat kota/kabupaten di Indonesia.
"Itu jadi bagian, karena saya juga santri. Literasi digital oke, tapi harus dengan kitab, sehingga ini menjadi kekuatan kita bahwa kita tidak boleh langsung percaya gitu aja dan terhindar dari pemalsuan teks kitab," ungkapnya. Launching ditandai dengan penyerahan kitab oleh Walikota Malang kepada wakil santri, Ahmad Zain Fuad dari Pesantren Surya Buana
Dengan seiring perkembangan digital, lanjut Sutiaji, Pemerintah akan menguatkan langkah maju guna pemanfaataan dunia IT untuk dimaksimalkan pada dunia santri. "Harus dikuatkan, alangkah indahnta pesantren itu santrinya pulang dia sudah punya keterampilan. Apalagi sekarang dunia IT E-Commerce yang luar biasa," katanya.
Bersamaan dengan giat sarasehan ini, Apel Hari Santri juga dilaksanakan di Kantor NU Kota Malang yang juga dihadiri Walikota, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang dan Ketua Tanfidziyah dan Rais Syuriah NU Cabang Kota Malang.