Dibekali Ilmu dan Hati: Karu-Karom Kemenag Kota Malang Siap Jawab Tantangan Haji Era Syarikah

Malang — Guna memastikan kesiapan pelayanan bagi jemaah haji, Kantor Kementerian Agama Kota Malang melaksanakan kegiatan Bimbingan Manasik Haji Reguler bagi Ketua Regu (Karu) dan Ketua Rombongan (Karom). Kegiatan ini berlangsung pada Jumat, 16 Mei 2025 di aula utama Kantor Kemenag Kota Malang, diikuti oleh seluruh Karu dan Karom Jemaah Haji Kota Malang, pengurus KBIHU, serta para petugas haji.

Turut hadir Kepala Kantor Kemenag Kota Malang, Achmad Shampton, S.HI, M.Ag atau yang akrab disapa Gus Shampton, yang sekaligus menjadi pemateri utama. Kegiatan ini juga dihadiri Kasubag TU dan seluruh Kepala Seksi di lingkungan Kemenag Kota Malang.

Dalam sambutan sekaligus pemaparan materinya, Gus Shampton menekankan bahwa kesiapan mental, spiritual, dan teknis para petugas menjadi hal utama dalam mendukung kelancaran dan kenyamanan ibadah haji. Terlebih, tahun ini penyelenggaraan haji menghadapi sejumlah tantangan baru, termasuk sistem Syarikah yang kini menjadi kebijakan layanan terbaru dari Pemerintah Arab Saudi.

“Kita tidak bisa lagi bekerja dengan cara lama di tengah sistem yang terus berubah. Karu dan Karom harus menjadi figur adaptif, komunikatif, dan profesional. Yang tak kalah penting, mereka harus mampu melayani dengan hati,” ujarnya hangat.

Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Kota Malang, Dr. Subhan, M.Si. Dalam pemaparannya, Subhan menjelaskan secara rinci tentang tugas, peran, dan tanggung jawab Karu dan Karom yang sangat vital dalam seluruh tahapan perjalanan ibadah haji.

“Karu dan Karom adalah garda terdepan pelayanan. Mereka tidak hanya menjadi penghubung informasi antara jemaah dan petugas kloter, tetapi juga menjadi tempat bertanya, tempat mengadu, bahkan tempat bersandar bagi jemaah yang sedang kelelahan secara fisik dan mental,” jelasnya.

Materi pemantapan mencakup berbagai aspek penting, seperti koordinasi antar petugas, manajemen kloter, serta alur perjalanan dari embarkasi hingga kembali ke tanah air. Selain itu, disampaikan pula panduan teknis di setiap lokasi krusial, mulai dari Bandara King Abdul Aziz, pemondokan di Makkah dan Madinah, Arafah, Muzdalifah, hingga Mina.

Para peserta juga mendapat pemahaman tentang aturan terbaru terkait barang bawaan, seperti larangan membawa cairan dalam jumlah berlebih, air zamzam di dalam koper, serta kewajiban membawa surat dokter bagi jemaah yang membawa obat-obatan khusus. Hal ini penting agar jemaah tidak mengalami hambatan saat pemeriksaan di bandara.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari para peserta. Salah satu Karom mengungkapkan bahwa pembekalan ini membuatnya lebih percaya diri menghadapi dinamika yang mungkin terjadi di lapangan. “Kami merasa lebih siap. Tidak hanya soal teknis, tapi juga dari sisi mental karena kami merasa didampingi dan dipersiapkan dengan baik,” tuturnya.

Salah satu indikator keberhasilan haji tahun ini adalah seluruh jemaah dapat melaksanakan wukuf di Arafah, yang merupakan rukun haji paling utama. Jemaah yang sakit pun akan difasilitasi dengan safari wukuf. Selanjutnya, jemaah yang telah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah akan dipulangkan ke tanah air dalam kondisi selamat.

Untuk itu, sinergi antara Karu, Karom, dan petugas kloter menjadi faktor kunci. Dengan semangat pelayanan dan ketulusan, Karu dan Karom diharapkan mampu menjalankan amanah mulia ini dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.

“Suksesnya haji bukan hanya soal logistik atau manajemen, tapi juga pelayanan yang manusiawi. Di sinilah peran Karu dan Karom sebagai pelayan sekaligus sahabat jemaah benar-benar dibutuhkan,” pungkasnya.

(HUMAS Kemenag Kota Malang)

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.