Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Jawa Timur terus berupaya melakukan optimalisasi program dan penguatan kelembagaan pendidikan diniyah dan pondok pesantren Provinsi Jawa Timur. Untuk percepatan optimalisasi ini, Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Jawa Timur menggandeng Rabithah Maahidil Islamiyah PWNU Jawa Timur menyelenggarakan Rapat koordinasi Sinergisitas Program dan Penguatan Kelembagaan Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Provinsi Jawa Timur.
Drs. Nawawi, M.Fil.I. Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur saat membuka kegiatan ini menyatakan bahwa dalam rangka optimalisasi program dan penguatan kelembagaan pendidikan diniyah dan pondok pesantren, Kemenag melakukan pendataan berbasis emis. "Untuk menghindari salah sasaran bantuan yang diberikan kepada Pesantren, TPQ maupun Madin, maka bantuan yang diberikan Kemenag RI mengacu pada data emis." tegasnya.
"Pemerintah sangat memperhatikan Pesantren, karena pemikiran ulama-ulama pesantren jauh kedepan melampaui akademisi, seperti contoh Gus Dur. Pemikiran Kiai melampaui lompatan lompatan yg sulit dipridiksi dan dan dipahami org biasanya. Mandiri dan melindungi NKRI." lanjutnya.
Peranan pesantren sangat strategis. Sebelum Indonesia berdiri sebagai negara, pesantren sudah eksis bahkan pesantren adalah tulang punggung perjuangan melawan penjajah. "Maka munculnya UU Pesantren adalah keharusan negara. Negara harus hadir dalam pengembangan pesantren." tutur Nawawi yang pernah menjadi Kepala Kementerian Agama Kota Batu ini.
Pesantren merupakan pencetak Ulama-Ulama panutan untuk membangun akhlak bangsa. Membangun budaya yang baik bagi anak bangsa.Pesantren lembaga yg paling fleksibel dan dinamis. Pesantren adalah lembaga yang bisa berubah ber metamorfosa sesuai perkembangan zaman. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan kedepan pesantren luar biasa besar di era digital ini. "Untuk itu Pesantren harus bisa menciptakan aplikasi aplikasi keagamaan dan melakukan pemberdayaan ekonomi agar terus bisa dilirik oleh generasi yang akan datang." kata Nawawi menutup sambutannya.
Sementara itu KH Abdussalam Shohib, wakil Ketua PWNU Jawa Timur dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa saat ini marak pesantren-pesantren yang tidak jelas. "untuk RMI harus waspada, karena pesantren-pesantren ini bisa memunculkan citra buruk pesantren." kata Gus Salam panggilan akrab KH. Abdussalam Shohib.
Menanggapi pernyataan Kabag TU Kanwil Jawa Timur, Gus Salam meminta agar semua elemen RMI dari Pengurus Wilayah hingga cabang harus membantu pesantren-pesantren yang belum memenuhi syarat untuk didaftarkan di Kemenag. "Kalau bisa RMI harus turba ke daerah-daerah dan silaturahim ke pesantren untuk membantu legalitas pesantren." tegasnya.
"Kehadiran RMI dalam membantu pesantren, memberi pendampingan yang belum paham emis, dibutuhkan agar hak-hak pesantren tidak dimanfaatkan pihak lain atau pesantren yg tidak jelas." lanjutnya
Gus Salam juga menegaskan bahwa selama ini pesantren senantiasa mandiri dan menjadi lembaga terdepan untuk menjadi contoh tauladan bagi bangsa. "Karenanya Pesantren harus berani dan transparan untuk memberi contoh baik.jangan mau dikasih bantuan kalau ada potongan. RMI tidak boleh menghancurkan nilai nilai kepesantrenan yang selama ini menjadi panutan masyarakat." tegas Gus Salam.
Giat yang dihadiri seluruh Kasi PD Pontren se Jawa Timur dan Pengurus RMI Cabang se Jawa Timur termasuk Kasi PD Pontren Kemenag Kota Malang, Drs. Muhlis MM ini, diselenggarakan di Hotel milik Pesantren Dalwa Bangil pada senin (30/5). Pembinaan gabungan antara Kanwil Kemenag dan Pengurus RMI PWNU Jawa Timur ini merupakan pembinaan gabungan yang pertama kalinya untuk terus memberikan pendampingan pesantren dan para santri untuk bisa mendapatkan berbagai macam akses pendidikan maupun bantuan dari Negara.