Per tanggal 1 Juli 2022, Kemenag Kota Malang, dengan berat hati melepaskan dua pegawai terbaiknya. Yang pertama, karena purna tugas yaitu, H. Amsyiono, SH, M.Sy , dengan jabatan terakhir sebagai kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Sedangkan yang kedua adalah, Bambang Hermanto, S.Kom, sang Pranata Komputer yang berpindah tugas ke MAN 3 Ngawi.
Tentu ada rasa kehilangan atas “kepergian” mereka, akan tetapi ada banyak hal yang bisa kita ambil hikmahnya selama menjalani kebersamaan dengan dua orang tersebut.
Belajar Kesungguhan Menuntut Ilmu pada Pak Am
Sepertinya tidak ada warga Kemenag Kota Malang, dari KUA sampai madrasah, yang tidak mengenal pria yang lebih akrab dipanggil Pak Am ini, selain pernah menjabat Kasi Bimas Islam dia juga suka sekali melontarkan humor disela-sela pembicaraannya.
Memulai karirnya di usia yang masih sangat muda, di lingkungan Kemenag Kabupaten Situbundo (saat itu masih disebut Depag) pada tahun 1985. Tugas pertama yang diemban saat itu adalah sebagai juru bayar gaji, hampir sebagian besar pekerjaannya saat itu harus dikerjakan secara manual dengan menggunakan mesin ketik dan mengirim berkas-berkasnya ke KPPN Bondowoso.
Ada komentar menarik dari seorang guru agamanya saat SMA, ketika mengetahui dirinya menjadi pegawai Depag yang membuatnya merenung, “Alhamdulilllah, kok kamu bisa masuk sini (Depag), Allah masih sayang dan cinta sama kamu, kalau tidak kamu bejat,”
Komentar tersebut membuatnya melakukan instrokpeksi diri, “Apakah yang membuat saya bejat?”
Dari hasil perenungannya tersebut, akhirnya dia memutuskan -disela-sela kesibukannya sebagai pegawai negeri- untuk mondok sekaligus kuliah, sampai akhirnya memperoleh gelar sarjananya.
Dan tentu saja dengan meningkatnya pendidikan yang diperolehnya juga berimplikasi kepada karirnya di Depag saat itu. Dari sebagai staf juru bayar hingga mendapatkan amanah sebagai kepala subseksi Kepenghuluan, Kasubsi Penais, Kasubsi dakwah dan lainnya.
Tentu hal itu adalah prestasi yang luar biasa, dari seorang yang menurutnya dibesarkan di lingkungan “abangan” sampai bisa menguasai Bahasa Arab dan ilmu syariah sehingga menduduki jabatan yang tidak jauh dari hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam.
Hingga tahun 2002, saat terjadi perampingan organisasi, dia ditawari untuk pindah tugas (mutasi), yang salah satunya di kantor Depag Kota Malang. akhirnya dia menyetujui ke Kota Malang karena juga dimotivasi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam pengarahannya di apel wada' (perpisahan) beberapa saat yang lalu, pria yang juga sering yang memberikan ceramah agama hingga keluar kota ini, berpesan kepada kita agar senantiasa menjaga nama baik kantor, khususnya Kemenag Kota Malang agar menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, Pak Am, yang sebentar lagi menyandang gelar Doktor ini, juga meminta agar kita senantiasa bersyukur dipilih menjadi bagian dari Kemenag,
“Jika dibandingkan dengan saudara-saudara kita yang lain, kita ini harus bersyukur karena lebih terjaga ibadah kita, Hal itu disebabkan ada-nya “label Kemenag” – maka secara tidak langsung tuntutan masyarakat kepada kita agar senantiasa berbuat baik. Makanya kita harus meniatkan semua aktivitas pekerjaan kita sebagai ibadah, agar selain dapat pahala gaji yang kita dapatkan menjadi berkah,”
***
Belajar Semangat Bekrontribusi pada Mas Bams
Berbeda dengan Pak Am -- yang lebih banyak dikenal tak hanya warga Kemenag Kota Malang -- Bambang Hermanto, lelaki asli Jawa Timur yang lahir di Jakarta ini mungkin hanya sebagian saja yang mengenalnya, karena pekerjaannya sebagai Pranata Komputer, lebih banyak menuntutnya berada di balik layar.
Memulai karirnya sebagai PNS di Lingkungan Kantor Wilayah Kemenag Riau pada tahun 2009, kemudian berpindah tugas di Kantor Kemenag Batam yang menjadikan dia bertemu dengan guru madrasah yang sekarang menjadi istrinya. Hingga pertengahan tahun 2019 mengajukan mutasi lagi di Kemenag Kota Malang, salah satu tujuannya untuk berbakti kepada orang tuanya yang tinggal di Malang.
Pada pertengahan tahun 2019 itu juga, Kepala Kantor Kemenag Kota Malang, Dr. Muhtar Hazawawi, M.Ag, mulai mencetuskan untuk melakukan transformasi menjadi Kantor yang menerapkan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Salah satu ciri transformasi ZI adalah melakukan digitalisasi pada layanan dengan harapan semakin mudah diakses, murah dan dilakukan dimana saja. Di sinilah Mas Bams, panggilan akrabnya melakukan banyak kontribusi yang signifikan untuk terwujudnya pembanguan ZI di kantor.
Diawali dengan melakukan pembenahan dan mendesain ulang website, mengganti domain situs menjadi domain kotamalang.kemenag.go.id dan membuat cikal bakal situs PTSP yang kelak menjadi aplikasi Senyum yang menjadi basis layanan Online kemenag Kota Malang.
Selanjutnya, Mas Bambang yang juga petugas PTSP, sering mendapatkan informasi dan banyak sekali keluhan tentang pemalsuan Surat Rekomendasi Umroh -untuk pembuatan paspor - dari instansi lain seperti Kantor Imigrasi. Atas dasar masukan dari petugas di PTSP dan juga penegasan dari pimpinan, maka dia membuat aplikasi SURUQ (Surat Rekomendasi Umroh ber-QR-code).
Dengan adanya aplikasi ini, maka semua surat rekomendasi yang dikeluarkan Kemenag Kota Malang bisa dilacak keaslian dan keabsahannya oleh instasi lain, cukup dengan melakukan pemindaian kode QR yang ada di surat tersebut. Sejak adanya surat itu sudah tidak ada lagi laporan pemalsuan surat.
Selain SURUQ, ada aplikasi lain yang sangat penting buah karya dari pria -- yang mengaku sejak pindah ke Kota Malang badannya semakin subur ini.
Aplikasi itu adalah yaitu DIPO (Disposisi Online) yang fungsinya untuk memantau “perjalan surat-menyurat” di lingkungan kantor Kemenag Kota Malang.
Sebelum adanya DIPO ini, pimpinan harus melakukan cek setiap surat masuk yang ada dimejanya secara langsung, dan melakukan disposisi suratnya secara manual sehingga tak jarang pimpinan harus kembali ke rumah hingga larut malam, tetapi dengan adanya DIPO ini, petugas PTSP cukup melakukan pemindaian surat masuk dan mengirimkan secara online- dan bisa diterima langsung oleh pimpinan secara real time (saat itu juga) dimanapun beliau berada, sehingga bisa saat itu juga disposisi surat dilakukan dan mengirimnya kepada pejabat lainnya untuk ditindak lanjuti. Tentu saja hal ini semakin membuat efisien karena memangkas banyak waktu untuk membaca dan mendistribusikan informasi.
Ketika awal pandemi melanda Indonesia di kwartal pertama tahun 2020, hampir seluruh instansi melakukan kebijakan Bekerja dari Rumah atau Work from Home (WfH) bagi karyawannya.
Tentu saja ada permasalahan yang muncul dari kebijakan WfH ini, yaitu tentang pencatatan daftar kehadiran. Selama ini kehadiran seorang pegawai terekam melalui aplikasi finger print, di mana setiap kali dating dan pulang pegawai harus menempelkan jarinya ke mesin yang sudah disediakan.
Namun pandemi Covid-19 menjadikan banyak hal juga berubah, salah satunya himbauan untuk mengurangi sebanyak mungkin atau bahkan meniadakan kontak fisik dengan orang atau benda yang banyak disentuh, oleh kerannya mesin finger print manual adalah salah satu benda yang harus dijauhi karena bisa menjadi media penularan virus C-19.
Untuk itu Pimpinan menginginkan ada sebuah aplikasi pengganti mesin finger tetapi berbasis online sehingga presensi bisa dilakukan dari rumah, tentu saja tanpa melakukan kontak dan cukup melalui ponsel. Maka dengan sigap Mas Bams, membuat aplikasi persensi online yang hingga saat ini digunakan di lingkungan Kantor Kemenag Kota Malang.
Begitulah Mas Bambang, Bapak muda penggemar telur dadar ini, memberikan pelajaran bagi kita meskipun bergabung cukup singkat, belum genap 3 tahun, di Kemenag Kota Malang, tempat dia bekerja dia sudah banyak memberikan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan kantornya.
***