KEBERAGAMAN ADALAH BAGIAN DARI RENCANA ALLAH, DAN KASIH ADALAH JALAN MENUJU KESATUAN

KEBERAGAMAN ADALAH BAGIAN DARI RENCANA ALLAH, DAN KASIH ADALAH JALAN MENUJU KESATUAN (Berdasarkan Kitab Suci dan Ajaran Gereja Katolik)

PENDAHULUAN

Dunia kita dipenuhi oleh keberagaman: perbedaan suku, budaya, bahasa, latar belakang sosial, cara berpikir, dan kepercayaan. Dalam masyarakat, keberagaman ini kadang menjadi sumber konflik, namun dalam terang iman Katolik, keberagaman justru dipandang sebagai bagian dari rencana ilahi.

Allah menciptakan manusia dengan keunikan masing-masing untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menjauh. Jalan menuju kesatuan dalam keberagaman ini adalah kasih, sebagaimana diajarkan oleh Kristus sendiri.

1. KEBERAGAMAN: WUJUD RENCANA ALLAH

Kitab Suci sejak awal menegaskan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27). Ini berarti bahwa setiap manusia memiliki martabat yang luhur, tak tergantung pada latar belakangnya. Keberagaman bukan kesalahan, melainkan bagian dari keindahan ciptaan. Ibarat lukisan mosaik, tiap bagian kecil yang berbeda membentuk satu karya seni yang utuh dan indah.

Dalam kisah Menara Babel (Kejadian 11:1-9), kita melihat bagaimana keberagaman bahasa muncul. Meskipun peristiwa ini sering dimaknai sebagai hukuman, dalam terang Wahyu Perjanjian Baru, keberagaman ini ditebus melalui peristiwa Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-12),

di mana para murid berbicara dalam berbagai bahasa namun dapat dimengerti oleh semua. Ini melambangkan bahwa Roh Kudus menyatukan dalam keberagaman.

Ajaran Gereja Katolik, melalui Konsili Vatikan II dalam dokumen Gaudium et Spes, menegaskan bahwa semua manusia memiliki martabat yang sama, terlepas dari perbedaan-perbedaan mereka. Setiap manusia diciptakan untuk hidup bersama dalam komunitas, dan keragaman budaya serta bakat justru memperkaya hidup bersama dalam iman.

2. KASIH: JALAN MENUJU KESATUAN

Yesus dalam Injil Yohanes 17:21 berdoa kepada Bapa, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau.” Kesatuan ini tidak berarti keseragaman, tetapi kesatuan dalam kasih. Kasih adalah dasar relasi antar manusia dan inti dari hukum Kristiani.

1 Korintus 13:4-7 memberi kita definisi kasih yang sejati: “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati... kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri... kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”

Katekismus Gereja Katolik (KGK 1934–1938) mengajarkan bahwa semua manusia adalah saudara karena Allah adalah Bapa semua. Maka, kasih yang dilandasi persaudaraan ini harus menjadi fondasi dalam menyikapi perbedaan

3. CONTOH-CONTOH KONKRET HIDUP DALAM KEBERAGAMAN DAN KASIH

A) GEREJA KATOLIK SEBAGAI CONTOH HIDUP DALAM KEBERAGAMAN

Gereja Katolik itu sendiri adalah contoh nyata keberagaman yang bersatu dalam iman. “Katolik” berarti “universal”, dan Gereja hadir dalam berbagai budaya, bahasa, dan tradisi lokal, namun tetap satu dalam ajaran dan Sakramen. Misalnya, liturgi diadakan dalam berbagai bahasa dan gaya lokal (inkulturasi), namun esensinya tetap sama: merayakan Misteri Kristus.

B) PAROKI MULTIKULTURAL

Di banyak kota besar, Paroki menjadi tempat berkumpulnya umat dari berbagai latar belakang. Misalnya, di Malang, kita dapat menemukan Paroki dengan umat dari berbagai etnis—Jawa, Batak, Tionghoa, Batak, Flores, dan lainnya—yang berdoa dan melayani bersama. Dalam perbedaan bahasa dan adat, kasih menyatukan mereka dalam pelayanan dan perayaan iman.

C) KEGIATAN SOSIAL LINTAS AGAMA

Kasih juga tampak dalam pelayanan lintas iman dan budaya. Banyak komunitas Katolik terlibat dalam bantuan kemanusiaan tanpa memandang agama seperti saat bencana alam, mereka bekerja sama dengan sesama manusia dari agama dan latar belakang yang berbeda.

Kunjungan ke Panti-Panti Asuhan yang ada di Wilayah Malang dan sebagainya.

Ini menegaskan ajaran Yesus dalam Matius 25:35: “Aku lapar, kamu memberi Aku makan...”

D) SEKOLAH DAN LEMBAGA KATOLIK

Lembaga pendidikan Katolik banyak yang menerima siswa dari berbagai latar belakang. Di sekolah-sekolah ini, nilai-nilai kasih, persaudaraan, dan toleransi ditanamkan sejak dini. Anak-anak diajar untuk menghargai sesama, tidak berdasarkan kesamaan, tetapi karena sama-sama dikasihi Allah.

4. TANTANGAN DAN HARAPAN

Memang, tidak mudah hidup dalam keberagaman. Perbedaan bisa memicu prasangka, ketakutan, bahkan konflik. Namun di situlah panggilan Kristiani: mengasihi, bukan hanya yang sama, tetapi juga yang berbeda. Yesus sendiri mengajarkan: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44).

Harapan Gereja adalah bahwa umat Katolik menjadi agen rekonsiliasi, menjadi jembatan dan bukan tembok, menjadi terang dan garam dunia (Matius 5:13-14) dalam masyarakat yang plural ini.

Shalom selalu dan Tuhan memberkati.

Oleh : Makarya Sumarni // Penata Layanan Operasional // Kantor Kementerian Agama Kota Malang

Rudianto

Penulis yang bernama Rudianto ini merupakan Pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang berstatus PNS dan memiliki jabatan sebagai Pengadministrasi Data Penyajian dan Publikasi.