Kendala yang dihadapi pemerintah Saudi Arabia dalam pengadaan transportasi dan akomodasi di Arafah-Muzdalifah-Mina, membuat banyak jamaah Haji Indonesia yang tidak segera terangkut di Muzdalifah. Pemerintah Indonesia pun ke Mashariq atas layanan yang kurang prima ini.
Kendala yang sering dialami di Arafah, Muzdalifah dan Mina setiap tahunnya dan keterbatasan wewenang pemerintah Indonesia karena layanan Armuzma sepenuhnya adalah layanan Pemerintah Saudi Arabia ini, membuat PPIH pendamping kloter 71 SUB asal Kota Malang berinisiatif mengedukasi jamaah sebelum inti haji dilakukan.
"Alhamdulillah untuk kloter 71 tidak mengalami kendala berarti ketika di Armuzna. Karena para jamaah sudah selalu kita ingatkan setiap kultum dan menjelang Armuzna. Untuk membawa bekal air putih paling tidak satu botol, kurma lima belas, roti buah dan makanan lainnya." Tutur Kyai Muhlis Tim Pembimbing Ibadah Haji,
"Manfaat himbauan ini ketika di Muzdalifah jamaah dapat makan bekal yang dibawa. Roti kurma buah dan lainnya yang mungkin dibawa mereka bawa sehingga keterlambatan angkutan kemarin tidak membuat jamaah kelaparan." Lanjutnya
Meski demikian akibat keterlambatan bus yg terangkut terakhir dari kloter 71 pada jam 11.15 terdapat satu jamaah yg terkena headstroke. Namun berkat kesigapan petugas, jamaah yang terkena headstroke tertangani dengan baik.